Sabtu, 01 Feb 2025, 06:10 WIB

Sindangkasih, Serunya River Tubing di Kota Domba

Foto: Pemda Provinsi Jawa Barat

Desa wisata Sindangkasih bisa menjadi tujuan bagi yang ingin menikmati serunya river tubing. Pemandangan desa ini cukup memukau dengan berbagai fasilitas yang memadai dan kegiatan seru yang berkesan.

1738336878_9ac6c59ad538bed3fa45.jpg

Foto: Pemda Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Garut yang memiliki udara sejuk, dikelilingi oleh banyak. Di sebelah tenggara pusat kota ada Gunung Karacak (1.838 mdpl), di selatan Gunung Cikuray (2.821 mdpl), di barat daya Gunung Papandayan (2.622 m), dan barat laut Gunung Guntur (2.249 mdpl), timur Gunung Telaga Telaga Bodas (2.201 mpl), dan Gunung Sagara (2.132 mdpl).

Adanya banyak gunung di Garut tidak salah jika disebut “Swiss van Java.” Dari bentang alam ini tercipta banyak pemandangan alam memukau yang seolah tidak habis untuk digali. Ditunjang dengan udara yang sejuk, berwisata di kabupaten dijamin bakal menciptakan kesan yang mendalam.

Untuk menikmati alam “kota domba,” salah satu destinasi yang sering dikunjungi adalah Desa Wisata Sindangkasih. Lokasinya cukup mudah diakses yaitu berada di Jalan Garut – Tasikmalaya Km 16, Desa Sukamaju, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut.

Nama tersebut dari kata “sindang” yang artinya singgah dan “kasih” bisa dimaknai sebagai hidangan. Sejarahnya berasal dari kedatangan Mantri Ukur yang disambut oleh Eyang Ardasan (sesepuh desa) dengan hidangan berupa teh hangat, gula aren, dan bubuy sampeu atau singkong bakar sebagai camilan saat berkunjung.

1738336949_a4f5407903add1eee26a.jpg

Foto: ANTARA/Adeng Bustomi

Aliran air yang melewati desa ini berasal dari hulu yang berada di dua gunung yang mengapitnya. Sindangkasih memang berada di antara dua gunung yaitu Karacak di sebelah utara dan Gunung Cikuray sebelah barat daya. Aliran air dari ketinggian jatuh di Sungai Cilawu yang alirannya cukup deras, dengan batu-batu besar di dalamnya.

Melihat potensi desanya warga kemudian berinisiatif untuk menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata. Pembangunan Desa Wisata Sindangkasih dilakukan untuk membuka peluang pendapatan selain bertani bagi warga setempat.

Sejak peresmiannya di tanggal 19 Desember 2019, desa wisata tersebut sudah memberi banyak manfaat, salah satunya memberi mata pencaharian bagi banyak warga. Daya Tarik utamanya adalah river tubing, sebuah atraksi wisata menaiki ban dalam mobil mengikuti arus air sungai ke arah hilir.

Kegiatan berbasah-basah ini cukup seru karena peserta harus menyeimbangkan tubuh mereka agar tidak jatuh ke air. Peserta yang secara berdempetan harus menyusuri sungai, melewati sela-sela bebatuan yang menghalangi.

Selain dijadikan daya tariknya berupa river tubing, Desa Wisata Sindangkasih juga menawarkan pemandangan alam. Dari tepi sungai atau dari gazebo yang disewa dengan biaya sewa 10.000 rupiah pengunjung dapat melihat riak air Sungai Cilawu yang menghantam batu menciptakan nyanyian alam yang merdu.

Sementara itu, bagi wisatawan yang ingin mencoba wahana river tubing, maka cukup membayar 35 ribu rupiah untuk dewasa dan 20 ribu rupiah untuk anak-anak. Mereka akan dibawa menyusuri sungai sepanjang 750 meter sedangkan khusus anak-anak rute hanya sepanjang 500 meter. Namun jika belum puas bisa menambah lagi dengan biaya 15.000 rupiah untuk dewasa dan 10.000 rupiah untuk anak-anak.

1738337212_5ee316116fe9f43cffad.jpg

Foto: Istimewa

Untuk keselamatan dan kegiatan ini menguntungkan bagi pengelola peserta minimalnya adalah lima orang maksimal sepuluh orang. Tujuannya agar petugas bisa mengawasi kegiatan ini dengan baik. Selain itu untuk menjauhkan dari musibah layanan river tubing tidak tersedia jika debit sungai sedang deras.

Desa wisata ini juga menyuguhkan pemandangan panorama alam yang epik berupa hamparan sawah terasering, lembah, dan juga hutan rindang, menciptakan kombinasi alam yang memukau. Di sini wisatawan dimanjakan dengan pemandangan alam dan fasilitas yang dimiliki.

Di sini juga terdapat banyak area menarik yang dibuat untuk berfoto. Ada banyak spot foto di Taman Bukit Noah, menjelajahi taman bunga, dan tepi aliran sungai yang biasanya digunakan untuk kegiatan river tubing.

Di sini pengunjung juga bisa berkebun, menangkap ikan dengan tangan kosong atau dikenal “ngagogo.” Kegiatan lainnya adalah trekking atau susur lembur, dan berkemah yang sering membuat wisatawan ketagihan dan tidak ingin pulang segera.

Bagi mereka yang ingin menikmati atau menyelami kehidupan masyarakat Sindangkasih lebih jauh lagi bisa bermalam. Warga menawarkan homestay dengan tarif sewa 100 rupiah atau bisa berkemah di tenda, untuk menyatu dengan kesejukan alam Garut.

Yang menarik lagi di sini tersedia berbagai kuliner khas Jawa Barat dari warung yang didirikan warga desa. Yang untuk tersedia menu Liwetan di atas daun adalah kegiatan makan bersama dalam satu tempat sambil menikmati hidangan yang sama.

Alang-alang 

Di titik yang sekarang menjadi lokasi wisata di Desa Wisata Sindangkasih dahulu hanyalah lahan kosong penuh alang-alang. Lahan dulunya pernah dihuni oleh keluarga pada sekitar tahun 1840-an. Saat itu, lahan bernama Pasir Eurih merupakan rumah dari seorang bapak bernama Eyang Ardasan, ibu bernama Ema Iyun.

1738336878_8e5cc0a9af8e50447903.jpg

Foto: ANTARA/Candra Yanuarsyah

Mereka keluarga tersebut dikenal sebagai penduduk pertama Desa Wisata Sindangkasih. Orang belanda yang melihat tempat ini pada sekitar 1860-an, kemudian tertarik dan membeli sebidang tanah milik Eyang Ardasan, tepatnya tanah di selatan Pasir Eurih, yakni Cimindi.

Karena keluarga Eyang Ardasan pun dikenal ramah, sehingga membuat orang Belanda betah dan tertarik untuk tinggal secara berdampingan dengan keluarga juragan tanah itu. Tidak lama kemudian, berdirilah perkampungan Belanda di Cimindi yang lambat berdiri gedung-gedung yang pada saat itu terbilang cukup mewah.

Selain mendirikan bangunan, orang-orang Belanda juga membuat sebuah penampungan air yang kini disebut “bunker air” guna memenuhi kehidupan sehari-hari. Pada 1920 Eyang Ardasan tutup usia namun keturunannya masih menetap di sana berdampingan dengan orang-orang Belanda.

Ketika Belanda menyerah kepada Jepang pada 1942 orang-orang Belanda meninggalkan Cimidi yang telah menjadi rumah kedua bagi mereka. Setelah itu Pasir Eurih pun menjadi tempat singgah para penjajah Jepang karena dianggap nyaman untuk ditempati.

Di sini para penjajah Jepang tidak melakukan kekerasan kepada warga setempat dan hanya menduduki tanah bekas Belanda. Untuk pertahanan dari tentara Sekutu mereka membangun goa yang letaknya tidak jauh dari bunker Cimidi. Mereka juga berencana membuat lubang bawah tanah ini untuk menghubungkan Cimidi dan Cigangsa.

Harga tiket masuk Desa Wisata Sindangkasih Desa Wisata Sindangkasih dipatok 10.000 rupiah untuk orang dewasa dan 3.000 untuk anak-anak. Jam operasionalnya destinasi ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan: