Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Simbol Negara Harus Dihormati

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Lepas dari berbagai jejak negatif, mendiang Soeharto mampu menjaga wibawa Presiden sebagai simbol negara yang amat dihormati, walaupun sekali lagi, kala itu penghormatannya mungkin karena takut. Akan tetapi, apa pun alasannya, Presiden adalah simbol negara yang memang harus dihormati. Memang tak ada yang berani menyinggung Soeharto kala itu. Namun, mestinya masyarakat sekarang harus seperti era Soeharto dalam menghormati Presiden sebagai simbol negara.

Tetapi, yang terjadi sekarang menjadi zaman kebablasan. Masyarakat tak lagi menghormati Presiden. Rakyat hanya melihat Joko Widodo yang orang asli Solo. Maka itu, karena "hanya" orang Solo, dia terus saja dilecehkan. Masyarakat melepaskan atribut Presiden dari diri Joko Widodo, sehingga bebas saja merendahkan Joko Widodo selaku Presiden. Mereka lupa atau melupakan bahwa Joko Widodo adalah Presiden yang harus dihormati.

Namun, ada masyarakat yang sudah kelewatan. Presiden Joko Widodo menjadi bulan-bulanan pelecehan, terutama masa-masa kampanye ini. Pelcehan terbaru dilakukan Habib Bahar bin Smith yang mengatakan, "Kamu kalau ketemu Jokowi, kalau ketemu Jokowi, kamu buka celananya itu, jangan-jangan haid Jokowi itu. Kayaknya banci itu." Tak bisa dibayangkan apa jadinya andai ini diucapkan kepada mendiang Soeharto. Mungkin juga tidak berani dia.

Sebenarnya, kalau diikuti beberapa video ceramah Bahar, tak hanya Presiden Joko Widodo yang dihina, tetapi juga beberapa tokoh atau pejabat, seperti Megawati dan Kapolri Jenderal Tito. Tak heran, kini mulai banyak yang melaporkan Bahar ke polisi.

Para pelapor menilai ceramahnya tidak pantas diucapkan seorang ulama. Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, pun mendukung upaya melaporkan Bahar ke polisi. Sebenarnya lebih banyak lagi ucapan-ucapan tidak pantas dari Bahar terhadap Presiden Joko Widodo. Bahkan banyak yang menilai ceramah Bahar lebih berkampanye politik daripada pencerahan iman.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top