Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pisungsun Jaladri

Simbol Kerukunan dan Wujud Syukur pada Alam

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sebagai kawasan yang diberkahi keanekaragaman hayati dan Bumi yang subur, sudah selayaknya untuk disyukuri. Hal inilah yang ditunjukkan warga Pesisir Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Mereka menggelar atraksi budaya bertajuk Pisungsun Jaladri, sebagai simbol kerukunan antarwarga dan wujud syukur karena selama ini mengandalkan perekonomian dari Bumi dan lautan.

Ritual yang sudah menjadi tradisi ratusan tahun bagi warga di pesisir Pantai Parangtritis ini menjadi hiburan tersendiri bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke salah satu pantai selatan Yogyakarta ini.

Tak kurang dari seribu warga Pantai Parangtritis turut meramaikan tradisi yang tujuannya untuk memohon keselamatan dan dijauhkan foto-foto: istimewa foto-foto: istimewa dari segala bencana ini.

Ritual Pisungsung Jaladri dimulai dengan doa bersama di Joglo Parangtritis. Di tengah-tengah joglo, tertata rapi berbagai sesaji yang terdiri dari buah-buahan, nasi tumpeng, dan kain bahkan terdapat patung Dewi Sri yang merupakan lambang kesuburan.

Dalam doanya, mereka memohon keselamatan dan dijauhkan dari segala bencana. Warga juga mengucapkan syukur atas segala rezeki yang telah diberikan Allah SWT, baik berupa hasil bumi maupun hasil laut.

Setelah itu sesaji dan umborampe diarak menuju Cepuri Parangkusumo dengan berjalan kaki menyusuri sepanjang pantai Parangtritis sejauh dua kilometer. Arak-arakan diawali delapan penunggang kuda dan diikuti jodhang utama berupa sesaji sangga buwana.

Arak-arakan semakin meriah dengan penampilan kesenian tradisional reog yang menari sepanjang arak-arakan berlangsung.

Di Cepuri Parangkusumo, kembali dilakukan doa bersama yang dipimpin juru kunci Cepuri. Usai berdoa, sesaji diarak ke Laut Selatan untuk dilarung. Ribuan warga yang sudah menunggu sejak pagi, antusias berebut sesaji yang dilarung.

Mereka percaya sesaji itu akan membawa rezeki dan menjauhkan dari segala bahaya.

Upacara pisungsung jaladri ini meski ditujukan untuk penguasa laut selatan, namun secara religi warga tetap menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Labuhan ini persembahan untuk penguasa laut selatan tapi kita secara vertikal tetap kepada Allah SWT. Tradisi dan agama tidak bisa dicampur aduk," ungkap Ketua Panitia, Mas Penewu Suraji Parang Pertomo, pekan lalu.

Rina salah satu wisatawan mengatakan pisungsung jaladri tahun ini lebih meriah dan rute yang digunakan bibir pantai menjadi objek yang menari untuk difoto bahkan melakukan swafoto.

"Sudah sering menyaksikan pisusung jaladri dan kali ini sangat meriah dan menarik untuk ditonton wisatawan," katanya.

Warga Kota Yogyakarta inipun sepakat jika tradisi ratusan tahun masyarakat pesisir ini terus dijaga dan dilestarikan. Apalagi pantai Parangtritis merupakan objek wisata pantai dengan pengunjung terbanyak.

"Tradisi ini juga menunjukkan masyarakat di Pantai Parangtritis selalu terjaga keguyubannya," tuturnya.

Tiga Sesaji yang Harus Ada

Wakil Ketua Panitia Upacara Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Tri Waldiana mengatakan upacara tersebut salah satu bentuk ungkapan syukur warga kepada Tuhan atas limpahan rezeki, baik rezeki dari hasil bumi maupun imbas dari banyaknya wisatawan di Parangtritis, karena adanya laut selatan.

Warga meyakini ada kekuatan gaib dari yang menguasai Laut Selatan, sehingga harus memberikan pisungsung atau ungkapan terimakasih kepada penguasa laut tersebut. Dari banyak pernak pernik yang dilarung, kata Waldiana, tiga yang harus ada, yakni tumpeng, pisang, kelapa muda, dan pakaian.

"Yang dilarung tumpeng songgo buono simbol keyakinan pada Tuhan. Degan memiliki nilai air suci. Pisang sanggan sebagai amanah dan tanggung jawab yang diemban manusia, dan pakaian adalah simbol keberadaan nilai moral, karena manusia tanpa pakaian tak ada nilai moralnya," jelas Waldiana, disela-sela upacara berlangsung.

Ia tidak tahu persis sejak kapan Upacara Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri dilakukan. Namun sejak Waldiana sebelum lahir sudah ada bahkan sudah turun temurun. Namun baru beberapa tahun terakhir upacara dikemas dalam nuansa pariwisata. Terbukti banyak wisatawan yang datang dan menyaksikan prosesi upacara tersebut.

Bahkan wisatawan ikut berebut hasil Bumi yang dilarung di laut. Miyati, 42, warga Paliyan Bantul mengaku sengaja datang ke Pantai Parangkusumo untuk menyaksikan upacara tersebut. Ia datang bersama suami dan saudaranya.

"Caos Dhahar" di Batu Gilang

Tradisi Pisungsung Jaladri awalnya hanya digelar sederhana, namun sejak 1989 dikemas secara khusus sehingga bisa menjadi daya tarik wisatawan yang sedang berkunjung di Pantai Parangtritis. Untuk waktu pelaksanaannya digelar selama dua hari, yakni hari Senin Pon dan Selasa Wage.

Pelaksanaan upacara bekti pertiwi dan pisungsung jaladri diawali dengan upacara ngguwangi yang dilaksanakan Senin Pon. Usai melaksanakan upacara ngguwangi, hari berikutnya yakni Selasa Wage, masyarakat menggelar upacara kepungan atau kenduri massal sebagai wujud dari upacara bekti pertiwi.

Setelah melaksanakan kenduri warga melakukan kirab budaya dengan mengarak gunungan hasil bumi. Kirab budaya menuju Cepuri Parangkusumo, di mana warga melakukan upacara caos dhahar di atas batu gilang yang ada di dalam Cepuri Parangkusumo. Batu gilang ini dipercaya warga sebagai tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Penguasa Laut Selatan, Kangjeng Ratu Kidul.

Usai upacara caos dhahar rangkaian berikutnya adalah upacara pisungsung jaladri. Pisungsung jaladri dimanifestasikan dengan melarung atau melabuh sesaji berupa pisang sanggan, bunga, kelapa muda hijau, ketan salak, buah-buahan yang dibentuk gunungan serta sebagai barang yang biasa dijajakan masyarakat di objek wisata Parangtritis.

Upacara pisungsung jaladri ini menjadi upacara yang sangat dinantikan oleh warga. Mereka berebut sesaji yang dilarung ke laut. Bagi yang berhasil mendapatkan sesaji diyakini akan mendapatkan rezeki dan dijauhkan dari segala bentuk mara bahaya.

Upacara adat bekti pertiwi dan pisungsung jaladri merupakan pusaka budaya yang penting dilestarikan oleh generasi sekarang dan generasi mendatang. Upacara ini merupakan produk kearifan lokal warga Pantai Selatan yang mengandung nilai-nilai luhur yang mampu membentengi warga dari pengaruh negatif.

pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top