Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Siaga Serangan Tiongkok, Taiwan Pelajari Strategi Ukraina Hadapi Musuh Lebih Kuat

Foto : DW/Taiwan Presidential Office/AP

Presiden Taiwan Tsai Ing-wem (kanan) menerima kunjungan delegasi AS dipimpin mantan menteri luar negeri Mike Pompeo (kiri) di Taipei.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Para ahli militer Taiwan mempelajari strategi perlawanan militer Ukraina ketika Rusia melancarkan invasi. Tiongkok memang pernah mengutarakan ancaman untuk "mengembalikan" Taiwan secara paksa.

DW melaporkan, Jumat (1/4), Taiwan belakanganmeningkatkan kesiagaan, sekalipun dari Tiongkok belum ada nada ancaman baru. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengajukan gagasan "perang asimetris" untuk membuat pasukannya lebih sulit diserang. Militer Taiwan kini mempelajarisituasi perang di Ukraina.

Yang dicermati Taiwan adalah penggunaan rudal presisi oleh Rusia, serta taktik pasukan Ukraina yang memberikan perlawanan dengan taktik yang baik, sekalipun mereka di atas kertas kalah jauh dalam kekuatan personel maupun persenjataan.

Ma Cheng-Kun, Direktur Institut Pascasarjana Studi Urusan Militer Tiongkok di Universitas Pertahanan Nasional Taiwanmengatakan, Ukraina telah menggunakan konsep yang jitu dengan persenjataan portabel untuk menghadang pasukan Rusia.

"Militer Ukraina telah memanfaatkan sepenuhnya perang asimetris, sangat efektif, dan sejauh ini berhasil menahan kemajuan Rusia," kata Ma Cheng Kun, yang juga penasihat pemerintah dalam masalah keamanan.

"Itulah yang juga dikembangkan secara proaktif oleh angkatan bersenjata kami," jelasnya, menunjuk pada sistem senjata seperti roket anti kendaraan lapis baja-yang bisa ditembakkan dari bahu dan dirancang untuk perang jarak dekat. "Dari penampilan Ukraina, kami bisa lebih percaya diri dengan penampilan kami sendiri," tambah pakar keamanan Taiwan itu.

Terlindung Hambatan Alami

Kementerian Pertahanan Taiwan pekan lalu mengatakan, pihaknya berencana untuk menggandakan lebih dari dua kali lipat kapasitas produksi rudal menjadi hampir 500 unit pada tahun ini. Termasuk versi upgrade dari rudal Hsiung Feng IIE, rudal serangan darat jarak jauh yang menurut pakar militer. mampu mencapai target lebih jauh ke pedalaman Tiongkok.

Para pengamat pertahanan juga menunjuk pada perbedaan besar antara posisi Taiwan dan Ukraina. Pemerintah Taiwan misalnya berulang kali menekankan, ada penghalang alami Selat Taiwan yang memisahkannya dari daratan Tiongkok. Sedangkan Ukraina memiliki perbatasan darat yang sangat panjang dengan Rusia.

Hal itu memudahkan militer Taiwan mendeteksi tanda-tanda gerakan militer Tiongkok, sehingga lebih mudah membuat persiapan menjelang invasi. Jika Tiongkok mengerahkan ratusan ribu tentara dan peralatan berat seperti kapal, ini dapat dengan mudah menjadi sasaran rudal Taiwan.

"Jadi risikonya jauh lebih tinggibagi Tiongkok," kata Su Tzu-yun, peneliti di think tank militer top Taiwan, Institute for National Defense and Security Research.

Bukan Hanya tentang Senjata

Hal lain yang sering dibahas adalah, apakah AS akan mengerahkan pasukan untuk mendukung Taiwan jika terjadi serangan Tiongkok. Dalam kasus Ukraina, AS dan negara-negara NATO secara tegas menolak keterlibatan pasukannya di darat.

Dalam kasus Taiwan, ada komitmen AS untuk turut mempertahankan negara itu dari invasi "pihak asing." Namun sejauh ini, tidak ada pernyataan langsung dari Washington tentang pengerahan pasukan ke Taiwan.

Lo Chih-cheng, anggota parlemen senior dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa dan duduk di komite pertahanan dan urusan luar negeri parlemenmengatakan,pemerintahan Biden telah mengirim tim yang terdiri dari mantan pejabat tinggi ke Taiwan tak lama setelah Ukraina diserbu Rusia.

"Ini ibarat pesan kepada orang-orang Taiwan, bahwa Amerika Serikat adalah negara yang dapat dipercaya," katanya hari Selasa (29/3) di siaran podcast partai.

Taiwan, sebagai produsen semikonduktor utama, juga berharap bahwa kepentingan geografis dan rantai pasokan akan membuatnya berbeda dari Ukraina.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top