Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 30 Jun 2023, 00:33 WIB

Setiap 1 Derajat Celcius Pemanasan Global berarti 15% Lebih Banyak Hujan Ekstrem

Suhu dunia 3 derajat Celcius lebih panas dari tingkat pra-industri akan membuat banjir dahsyat berlipat ganda hampir setengahnya.

Foto: Istimewa

PARIS - Para peneliti pada Rabu (28/6) mengatakan pemanasan global secara bertahap meningkatkan intensitas curah hujan ekstrem di tempat yang lebih tinggi, membuat dua miliar orang yang tinggal di atau di hilir pegunungan berisiko lebih besar mengalami banjir dan tanah longsor.

Seperti dikutip dari The Straits Times, mereka melaporkan dalam jurnal Nature, setiap derajat Celcius pemanasan meningkatkan kepadatan hujan sebesar 15 persen pada ketinggian di atas 2.000

Selain itu, setiap tambahan ketinggian 1.000 meter menambah satu persen lagi curah hujan. Dunia, 3 derajat Celcius lebih panas dari tingkat pra-industri akan melihat kemungkinan banjir yang berpotensi menghancurkan berlipat ganda hampir setengahnya.

Temuan tersebut menggarisbawahi kerentanan infrastruktur tidak dirancang untuk menahan peristiwa banjir ekstrim.

Permukaan bumi telah menghangat 1,2 derajat Celcius, cukup untuk memperkuat hujan lebat yang memecahkan rekor yang membuat sebagian besar Pakistan terendam air musim panas lalu, dan sebagian California awal tahun ini.

Pada tren kebijakan saat ini, menurut panel penasehat ilmu iklim atauIntergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa, bumi akan menghangat 2,8 derajat Celcius pada akhir abad ini.

Studi terbaru, berdasarkan data yang mencakup 70 tahun terakhir, dan proyeksi model iklim, menemukan dua pendorong utama di balik peningkatan curah hujan ekstrem di ketinggian di dunia yang memanas.

Yang pertama hanyalah lebih banyak air. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa setiap kenaikan 1 derajat Celcius meningkatkan jumlah kelembapan di atmosfer hingga tujuh persen.

Cuaca Ekstrem

Menurut konsorsium World Weather Attribution (WWA), yang menyoroti dampak perubahan iklim pada peristiwa cuaca ekstrem tertentu, termasuk gelombang panas, kekeringan, badai dan iklim tropis, sejak 1950-an, curah hujan lebat menjadi lebih sering dan intens di sebagian besar dunia.

"Curah hujan ekstrem lebih umum dan intens karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia di Eropa, sebagian besar Asia, Amerika Utara bagian tengah dan timur, dan sebagian Amerika Selatan, Afrika, dan Australia," kata WWA.

Faktor kedua yang diungkap peneliti lebih mengejutkan. "Ini adalah pertama kalinya seseorang melihat apakah peristiwa curah hujan yang intens itu jatuh sebagai hujan atau salju," kata penulis utama, Mohammed Ombadi, seorang peneliti di Lawrence Berkeley National Laboratory di California.

"Tidak seperti hujan salju, curah hujan memicu limpasan lebih cepat, menyebabkan risiko banjir, bahaya tanah longsor, dan erosi tanah yang lebih tinggi".

Ombadi berspekulasi tingkat yang lebih tinggi dari salju yang berubah menjadi hujan yang diamati antara 2.500 meter dan 3.000 meter disebabkan oleh curah hujan di ketinggian yang terjadi tepat di bawah titik beku.

"Daerah pegunungan dan dataran banjir yang berdekatan kemungkinan akan mengalami dampak terbesar dari peristiwa curah hujan ekstrem di dalam dan sekitar pegunungan Himalaya dan Pasifik Amerika Utara," kata penelitian tersebut.

Temuan hanya terfokus pada belahan bumi utara karena kurangnya data pengamatan dari bawah khatulistiwa. "Daerah yang paling terkena dampak harus menyiapkan rencana adaptasi iklim yang kuat," kata para penulis.

"Kita perlu mempertimbangkan peningkatan curah hujan yang ekstrem ini dalam desain dan pembangunan bendungan, jalan raya, rel kereta api, dan infrastruktur lainnya jika kita ingin memastikannya tetap berkelanjutan dalam iklim yang lebih hangat," kata Ombadi.

"Daerah berisiko tinggi perlu dihindari sama sekali, atau dibangun dengan solusi teknik yang dapat melindungi masyarakat yang tinggal di sana," tambahnya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.