Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Surat Utang

Sentimen Global Pengaruhi Lelang SUN

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pasar obligasi mengalami tekanan karena imbas dari sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 bps. Kondisi ini pun akan memengaruhi lelang Surat Utang Negara (SUN) yang akan digelar pemerintah pada Selasa (27/3). Pemerintah akan menawarkan lima seri obligasi negara dengan jumlah indikatif sebesar 17 triliun rupiah dengan target maksimal 25,5 triliun rupiah. Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Wahyu Trenggono, mengatakan, pasar obligasi dalam negeri sedang mengalami tekanan, terutama disebabkan oleh kenaikkan FFR yang kemudian membuat pasar obligasi AS melemah sehingga dana-dana yang ada di luar termasuk Indonesia kembali ke AS.

"Penarikan dana tersebut juga berpengaruh pada nilai tukar rupiah," ungkap dia kepada Koran Jakarta, Senin (26/3). Oleh karena itu minat untuk membeli obligasi Indonesia, baik itu obligasi korporasi atau pemerintah, menjadi menurun. Hal ini yang kemudian harus direspons dengan menaikkan imbal hasil (yield) obligasi. "Jika dibandingkan dengan awal tahun posisi yield dalam negeri sudah lebih tinggi," jelas Wahyu. Menurut Wahyu, lelang SUN akan mengalami tekanan dari yang biasanya mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 2,5 kali dari yang ditawarkan menjadi turun tipis meski masih di atas satu kali.

"Itu sudah menurun dibandingkan awal tahun. Jadi imbal hasil yang diminta bisa lebih tinggi dari yang ditawarkan," imbuh dia. Dihubungi terpisah, Kepala Riset PT Indomitra Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, memaparkan pelemahan pasar obligasi yang saat ini terjadi akan mendorong permintaan obligasi akan terus bertambah, karena yield yang diberikan sangat menarik. Meskipun secara garis besar, lanjut Nico, imbal hasil obligasi untuk 10 tahun diperkirakan akan bertahan di bawah 7 persen.

Tentu pelemahan ini akan menjadi momentum untuk dapat masuk ke dalam pasar obligasi dan tidak perlu banyak, namun bertahap. Meski begitu, jumlah penawaran yang masuk mungkin akan lebih besar, meskipun capital outflow terjadi untul sementara waktu. Akan tetapi kurang lebih akan sama dengan total penawaran yang masuk pada dua minggu yang lalu. Dari sisi jumlah yang akan dimenangkan, menurut Nico, tidak pasti. Sebab, apabila yield yang diminta oleh para investor terlalu tinggi, pemerintah akan sedikit mundur untuk menyerap lebih banyak dari target yang diperkirakan.

Namun sejauh ini berkisar 22.5 hingga 25.5 sesuai dengan target maksimal dari pemerintah. Menurut Nico, bagaimanapun investor akan meminta imbal hasi lebih tinggi. Apalagi saat ini imbal hasil obligasi 10 tahun juga sudah berada di 6,86 persen sedang pada lelang dua minggu lalu, obligasi 10 tahun yield tertinggi yang dimenangkan sebesar 6,77 persen. yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top