Semen Merah Putih Produksi Beton Rendah Emisi Karbon
Commercial Director PT Cemindo Gemilang Tbk Surindro Kalbu Adi, memaparkan tentang usaha perusahaan dalam mengurangi jejak karbon melalui produk dan proses produksi di Jakarta, Selasa (7/5)
Foto: istimewaJAKARTA - Industri semen merupakan salah penghasil karbon terbesar, sehingga perlu melakukan langkah dekarbonasi. MenurutChatham House secaa glonal sektor ini menyumbang sebesar 8 persen emisi karbon dioksida (CO2) dunia.
Dalam usaha mengurangi jejak karbon (carbon footprint) PT Cemindo Gemilang Tbk melakukan beberapa inovasi hijau ataugreenovation.Untuk mengurangi jejak karbon perusahaan ini menciptakan teknologi injeksi karbon (carbon injection) dalam pembuatan semen melalui anak usaha PT Motive Mulia (Merah Putih Beton).
Commercial Director PT Cemindo Gemilang Tbk Surindro Kalbu Adi, menerangkan teknologi injeksi karbon dalam pembuatan semen yang dilakukan perusahaan ini bekerja dengan mendapatkan karbon dari udara. Selanjutnya karbon yang diserap disuntik atau di taman di dalam dalam produk beton.
- Baca Juga: Bruno Mars Bocoran Lagu Barunya
- Baca Juga: Xanh SM Gunakan Teknologi TIK dan IoT Indosat
"Carbon injection technology ini bagaimana cara kerjanya? Jadi karbon ditangkap dari udara, kami tembakkan pada saat kita produksi beton," kata dia dalam acara konferensi pers berjudul Kenal Lebih Dekat dengan Semen Merah Putih, di Jakarta Selasa (7/5).
Di dalam beton zat kimia tersebut tertanam selamanya di beton tersebut dan lama-kelamaan bereaksi menjadi kristal. Dengan teknologi lisensi dari Kanada dan bekerjasama dengan perusahaan Swedia berdampak pada meningkatnya kekuatan beton.
Teknologi injeksi karbon Semen Merah Putih ini tersaji dalam bentuk produk pracetak (precast) maupun campuran siap pakai (readymix). Kedua produk diklaim sebagai yang pertama di Indonesia, setelah perusahaan melakukan uji coba selama 6 bulan.
Surindro menuturkan, dengan teknologi injeksi karbon pengguna tidak perlu menggunakan banyak semen untuk memperkuat bangunan. Hal ini menguntungkan bukan hanya dari sisi biaya namun juga dari sisi lingkungan karena semakin sedikit penggunaan semen maka semakin sedikit emisi karbon yang dihasilkan.
"Jadi kalala perlu sebanyak 300 ton semen kita hanya perlu 250 ton. Jadi seme nya lebih sedikit sehingga jejak karbonnya juga semakin sedikit," kata dia.
Ia mengaku, masih sedikit pengguna dari teknologi injeksi karbon. Namun demikian pasarnya ada yaitu perusahaan yang peduli kepada lingkungan, yang perlu meningkatkan kredit karbon untuk mendapatkan berbagai insentif.
"Siapa penggunanya? Marketnya sangat sedikit tapinggakapa-apa. Karena dengan semakin sadarnya dunia dengan pemanasan global dan lain sebagainya akan banyak yang meminta produk-produk seperti ini," katanya.
Pengguna produk beton berteknologi injeksi carbon kata Surindro kebanyakan merupakan kontraktor asing, seperti Samsung dan Lotte. Mereka minta produk dengan spesifikasi yang rendah jejak karbon dengan tujuan ingin mendapatkan kredit karbon.
"Mereka sudah kontak ke kita. Karena ketika kontraktor ini mengoperasikan atau mengerjakan proyek di suatu negara dengan angka kredit karbon yang dimiliki mereka bisa mendapatkan keringanan pajak," terangnya.
"Nantinya akan banyak teknologi baru yang akan kami bawa. Tujuannya satu produk Semen Merah Putih akan semakin baik, kedua kualitas bangunan akan lebih baik lagi. Kami tidak akan pernah meluncurkan produk yangout of spec," janjinya.
Usaha mengurangi jejak karbon dilakukan dalam proses produksi beton. Di Merah Putih Beton semua peralatan pemuat beroda (wheel loader) telah menggunakan teknologi listrik. Hal ini untuk mengurangi penggunaan bahan bakar solar.
"Greenovation Semen Merah Putih bukan hanya terlihat dari produknya namun dapat terlihat dari kegiatan sehari-hari. Merah Putih Beton pertama kali menggunakan wheel loader listrik di industri," katanya.
Saat ini kapasitas produksi Semen Merah Putih mencapai 6,4 juta tonklinker(padatan yang hadir sebagai produk intermediet dalam produksi semenportland) dan 11 juta ton semen per tahun. Pangsa pasarnya sebesar 8 persen menempati nomor tiga di Indonesia dalam penjualan kantong semen.
Surindro menuturkan, meningkatkan kapasitas produksi serta pangsa pasar Semen Merah Putih diharapkan dapat menurunkan jejak karbon pada industri semen. Hal ini dapat mengurangi emisi karbon pada industry seman yang rakus akan energi fosil terutama batubara.
Redaktur: Aloysius Widiyatmaka
Penulis: Haryo Brono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
- 2 Keren Terobosan Ini, Sosialisasi Bahaya Judi “Online” lewat Festival Film Pendek
- 3 Laga Krusial PSG Kontra Manchester City
- 4 Pertamina JBT Jamin Pasokan BBM Aman di Tengah Bencana Alam di Jawa Tengah
- 5 Terus Dikebut Pembangunannya, Pembiayaan IKN Skema KPBU Capai Rp60,93 Triliun