Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 05 Des 2023, 00:04 WIB

Semakin Tidak Menarik, Petani Muda Tinggalkan Pertanian

Foto: Sumber: BPS - KORAN JAKARTA/ONES

» Pada Februari 2023, sekitar 58 persen tenaga kerja pertanian berumur 45 tahun ke atas.

» Impor pangan kebijakan pemerintah yang untungkan pemburu rente dan petani luar negeri.

JAKARTA - Selain perubahan iklim, produktivitas sektor pertanian juga terancam makin menurun karena jumlah petani muda produktif semakin menyusut. Menyusutnya petani produktif itu karena penghasilan sebagai petani kurang menguntungkan sehingga pekerja banyak yang beralih profesi dan menjual lahan pertaniannya.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan tren usia petani yang menua menjadi tantangan di sektor pertanian di tengah peran pertanian sebagai salah satu leading sector dalam perekonomian nasional.

"Ada tren pekerja di sektor pertanian cenderung menua dan ini merupakan perhatian kita bersama untuk bagaimana mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian," kata Amalia dalam acara Diseminasi Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap 1 di Jakarta, Senin (4/12).

Pada Februari 2023, papar Amalia, sekitar 58 persen tenaga kerja pertanian berumur 45 tahun ke atas. Tren penuaan usia para petani tersebut berlanjut hingga akhir 2023. Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap 1 menemukan terjadi peningkatan proporsi pengelola Usaha Pertanian Perorangan (UTP) berumur di atas 55 tahun dan penurunan proporsi petani berumur di bawah 44 tahun dibandingkan survei pertanian pada 2013.

Secara rinci, penambahan proporsi pengelola UTP untuk kelompok umur 55-64 tahun adalah 3,19 persen atau bertambah dari 2013 yang berjumlah 20.01 persen menjadi 23.20 persen. Penambahan proporsi juga terjadi pada kelompok umur di atas 65 tahun yang meningkat dari 12,75 persen menjadi 16,15 persen.

Penurunan proporsi terjadi pada kelompok umur 35-44 tahun dari yang sebelumnya mencapai 26,34 persen turun menjadi 22,08 persen. Begitu juga dengan pengelola UTP rentang usai 25-34 tahun yang turun menjadi 10,34. Lalu, kelompok umur 15-25 tahun yang hanya 1,24 persen dan kelompok umur 45-54 tahun yang turun menjadi 27.09 persen.

Padahal, kata Amalia, produktivitas masih menjadi tantangan di sektor pertanian. Walaupun menjadi motor perekonomian Indonesia, namun produktivitas sektor pertanian jauh lebih rendah dibandingkan sektor industri pengolahan.

"Rendahnya produktivitas di sektor pertanian salah satunya juga dikontribusikan karena tenaga kerja pertanian atau mayoritas hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar atau sekitar 75 persen tenaga kerja pertanian hanya mengalami pendidikan paling tinggi di sekolah dasar," kata Amalia.

Tantangan lain adalah kemiskinan yang terpusat di sektor pertanian. Sebagian besar rumah tangga miskin yakni 48,86 persen memiliki sumber penghasilan utama dari sektor pertanian. Sedangkan sisanya berasal dari sektor industri sebanyak 17,96 persen, tidak bekerja 12,07 persen dan 21,11 persen merupakan faktor lainnya.

Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, sepakat bahwa regenerasi petani mendesak agar produktivitas pangan ke depannya tidak turun. Sebab itu, dia menyayangkan kebijakan pemerintah yang membuat sektor pertanian tidak menarik bagi anak muda.

"Siapa yang tertarik ke pertanian jika begitu mau panen, tiba tiba dihantam dengan kebijakan impor pangan. Impor yang membuat harga produksi petani tidak bisa bersaing. Padahal mereka sangat bekerja keras mempercepat masa tanam," kata Esther.

Kaum muda tidak tertarik menjadi petani kata Esther, karena kebijakan pemerintah tidak berpihak pada petani, tetapi malah menguntungkan pemburu rente.

"Selain pemburu rente, kebijakan impor juga menguntungkan petani luar dan belum tentu kualitas berasnya juga bagus," kata Esther.

Mati di Lumbung Pangan

Pada kesempatan lain, Ketua Serikat Nelayan Indonesia (SNI), Budi Laksana, mengatakan bahwa brain drain atau hilangnya otak terbaik dan tenaga terampil juga terjadi di sektor maritim. Pertanian dan kelautan di Indonesia mengalami situasi yang sama yakni situasi kematian di lumbung pangan.

"Kita punya sumber daya pertanian dan kelautan yang luar biasa, tapi dibiarkan terbengkalai, akhirnya generasi muda tidak mau mendekat ke sektor ini, sehingga yang tersisa hanya kaum tua yang mempertahankan diri saja susah apalagi berkembang," kata Budi.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.