Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Teror Penembakan I Pelaku Teror Modifikasi Senjata yang Dibeli Secara Daring

Selandia Baru Perketat UU Senjata

Foto : AFP/ ANTHONY WALLACE

Turut Berkabung l Para pelajar mengikuti acara perkabungan di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/3). Mereka turut mengungkapkan duka cita atas korban tewas aksi teror penembakan massal di dua masjid di Christchurch yang menewaskan 50 orang pada Jumat (15/3) pekan lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

Setelah terjadi aksi penembakan massal di Christchurch pekan lalu, pemerintah Selandia Baru menyatakan mereka akan segara memperketat UU kepemilikan senjata.

CHRISTCHURCH - Pemerintah Selandia Baru pada Senin (18/3) menyatakan sepakat untuk memperketat aturan mengenai kepemilikan senjata. Langkah itu diambil tiga hari setelah terjadi teror penembakan di dua masjid di Kota Christchurch.

"Kami sudah mencapai kesepakatan dalam kabinet dan kami sepaham," ujar Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, setelah menggelar rapat kabinet.

Aksi teror yang menyasar dua masjid di Christchurch pada pekan lalu mengakibatkan 50 orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Tersangka pelaku teror penembakan massal itu adalah seorang pemuda bernama Brenton Tarrant, 28 tahun, warga Australia.

Berdasarkan informasi terbaru, Tarrant diketahui membeli senjata api beserta amunisi dari sebuah toko senjata yang ada di Christchurch secara daring. Kabarnya Tarrant telah memodifikasi senjata yang dibelinya secara ilegal sehingga bisa memuat banyak peluru.

Walau aksi teror terjadi beberapa hari lalu, warga Selandia Baru hingga saat ini masih diliputi rasa duka yang mendalam, merasa prihatin atas pembunuhan, serta menyatakan akan bersatu untuk melawan kebencian rasial. Mereka mengungkapkan rasa keprihatinan itu di lokasi masjid yang jadi sasaran teror.

Sementara itu pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, dalam misa Minggu (17/3) kembali mengecam aksi penembakan massal di Christcurch, Selandia Baru, sebagai hal yang mengerikan dan meminta seluruh umat di dunia untuk melawan sikap antiimigran dan supremasi ekstremis yang disuarakan pelaku penembakan.

"Saya berduka cita bagi korban yang tewas beserta keluarga mereka," kata Paus Fransiskus. "Saya pun meminta seluruh umat untuk berdoa dan menyuarakan perdamaian untuk melawan kebencian dan kekerasan," imbuh Paus.

Pernyataan Kemlu

Terkait aksi teror penembakan massal di masjid di Christchurch yang ada diantara korbannya adalah WNI, pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Senin mengatakan akan memfasilitasi keluarga WNI yang menjadi korban untuk berkunjung ke Selandia Baru.

"Kementerian Luar Negeri RI dan Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta akan membantu menyiapkan dokumen perjalanan dan visanya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir.

Kemlu membantu memfasilitasi keluarga Muhammad "Lilik" Abdul Hamid, 58 tahun, WNI yang meninggal dunia, untuk memberikan penghormatan terakhir secara langsung kepada almarhum. Lilik adalah WNI yang selama 16 tahun terakhir menetap di Christchurch dan bekerja sebagai insinyur perawatan pesawat di maskapai Air New Zealand. Menurut rencana, almarhum Lilik akan dimakamkan di Christchurch.

Selain keluarga almarhum Lilik, Kemlu juga membantu keluarga Zulfirman Syah, WNI yang bersama putranya terkena tembakan saat melaksanakan salat Jumat di Masjid Linwood. ang/Ant/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara, AFP

Komentar

Komentar
()

Top