Selain Tekan CAD, Beban Utang Juga Mesti Dipangkas
Menurut Maruf, utang masa lalu itu berasal dari kewijaban pengemplang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang dikonversi menjadi obligasi rekapitalisasi perbankan. "Beban pengemplang BLBI dijadikan utang negara, kemudian bunganya dibayarkan dari pajak rakyat. Kebijakan salah ini mesti dikoreksi agar anggaran negara menjadi sehat," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyebut perekonomian Indonesia mengalami "tungkai lemah" sehingga tidak bisa "berlari kencang". Ini terjadi disebabkan masih adanya masalah dari sisi CAD.
Menurut Sri Mulyani, penyebab utama CAD adalah sisi produktivitas dan daya saing. Ketika perekonomian ingin berlari kencang, impor akan naik signifikan. "Namun, ekspor tidak bisa catch up (mengejar ketertinggalan). Kalau CAD makin lebar dan tidak mampu menarik capital maka nilai tukar tertekan. Ini kenapa "tungkai lemah". Sebagai negara besar dan potensinya besar, harusnya Indonesia bisa tumbuh 6 hingga 7 persen," kata Sri Mulyani, di Jakarta, pekan lalu.
Ditambahkan, dalam situasi itu, Indonesia tidak bisa berekspansi besar-besaran melalui impor barang modal karena kinerja ekspor tak mampu mengimbanginya. Jika dipaksakan, CAD akan melebar dan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi. "Masalah fundamental ini yang ingin diselesaikan pemerintah," ujar Sri Mulyani.
Bank Indonesia melaporkan defisit transaksi berjalan Indonesia pada 2019 senilai 30,4 miliar dollar AS, menurun tipis dibanding 2018 sebesar 30,6 miliar dollar AS (lihat infografis).
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya