Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 09 Jun 2021, 06:59 WIB

Sekolah Tatap Muka

Sejumlah siswa mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN 065 Cihampelas, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/6/2021). Pemerintah Kota Bandung menggelar uji coba pembelajaran tatap muka tingkat SD-SMP negeri dan swasta sebagai persiapan menjelang tahun ajaran baru 2021/2022 di tengah pandemi COVID-19.

Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj

Pemerintah berencana membuka kembali sekolah tatap muka secara langsung secara terbatas pada Juli 2021. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dengan tegas mengatakan, semua sekolah harus membuka belajar tatap muka pada Juli 2021.

Rencananya sih simple seperti itu, tetapi pelaksanaannya pasti rumit dan tidak seperti semudah diucapkan mengingat minggu-minggu ini, kasus baru Covid-19 di beberapa daerah melonjak drastis seperti di Kudus, Demak, dan juga beberapa wilayah pantai utara Pulau Jawa. Belum lagi di Bangkalan Pulau Madura yang membuat Pemerintah Kota Surabaya kewalahan melakukan penyekatan di Jembatan Suramadu.

Karena itu, jika benar-benar pemerintah membuka kembali sekolah tatap muka, hendaknya melalui pertimbangan yang benar-benar matang. Jangan hanya karena desakan beberapa orang tua murid dan ketetapannya sudah dikeluarkan, rencana tetap berjalan tanpa mempertimbangkan situasi terkini.

Sekolah tatap muka bisa berjalan dengan syarat utama lingkungan atau wilayah lokasi sekolah dan murid berdomisili harus masuk dalam zona hijau. Artinya, daerah tersebut tidak ada atau warganya yang positif Covid-19 sangat minim.

Kemudian, semua gurunya juga harus sudah divaksin. Memang vaksinasi tidak menjamin seseorang kebal dari penularan Covid-19, tetapi vaksinasi paling tidak meminimalkan jumlah orang yang tertular. Masalahnya vaksinasi untuk tenaga pendidik sampai sekarang belum 50 persen dari sekitar 5 juta guru, padahal rencana dimulainya sekolah tatap muka sudah semakin dekat, kurang satu bulan lagi.

Sekolah juga harus mempunyai fasilitas protokol kesehatan yang memadai. Menyiapkan masker jika ada siswa yang tidak membawa masker atau maskernya sudah rusak. Menyediakan tempat cuci tangan di masing-masing kelas sehingga proses cuci tangan tidak menimbulkan kerumunan. Selain itu, proses belajar mengajar secara tatap muka harus mempertimbangkan jarak tempat duduk.

Presiden sendiri sudah menyampaikan bahwa rencana membuka kembali sekolah tatap muka harus ekstra hati-hati. Tatap mukanya terbatas, paling banyak hanya dihadiri 25 persen siswa saja dan tidak boleh lebih dari dua hari seminggu dan sehari maksimal hanya dua jam.

Dan yang terpenting, harus rajin dilakukan tracing dan testing kepada guru, murid, dan semua pihak yang terlibat dalam belajar mengajar. Testing bisa dilakukan secara rutin misalnya dua minggu sekali. Untuk itu biaya yang menjadi kendala terbesar warga melakukan testing apakah dirinya tertular Covid-19 atau tidak harus semakin terjangkau.

Banyak orang tua murid menyambut gembira rencana pemerintah ini. Mereka berpendapat, sekolah secara online selama pandemi ini tidak efektif. Banyak siswa hanya ikut pelajaran di awal saja, kemudian ditinggal bermain dan ikut lagi menjelang pelajaran berakhir. Belum lagi soal akses internet yang tidak merata. Bila ini dilanjutkan, kita akan menciptakan generasi yang tertinggal.

Sekolah tatap muka juga mengajarkan siswa berorganisasi. Minimal organisasi di kelas masing-masing, lebih luas lagi berorganisasi di sekolah. Sekolah tatap muka juga memungkinkan sesama siswa bertukar pendapat.

Meski sudah disiapkan secara matang untuk mencegah penularan, izin mengikuti sekolah tatap muka terbatas tetap di tangan orang tua. Bila dirasa sekolah tatap muka berisiko tetrular, orang tua boleh tidak mengirim anaknya ke sekolah. Begitu juga sebaliknya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.