Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Perubahan Kondisi Global

Sekitar 60 Negara di Dunia Perekonomiannya Terancam Ambruk

Foto : BPMI SETPRES/KRIS

JOKOWI DAN MEGAWATI AKRAB DI RAKERNAS PDI-P I Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri tampak akrab saat memasuki ruangan sebelum pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI Perjuangan di Jakarta, Selasa (21/6). Rakernas II PDI Perjuangan tersebut bertemakan “Desa Kuat, Indonesia Maju dan Berdaulat” dengan sub tema “Desa Taman Sari Kemajuan Nusantara”.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa lembaga dunia menyebutkan sekitar 60 negara perekonomiannya terancam runtuh.

"Bank Dunia menyampaikan, IMF menyampaikan, UN/PBB menyampaikan, terakhir baru kemarin, saya mendapatkan informasi 60 negara akan ambruk ekonominya, 42 dipastikan sudah menuju ke sana," kata Presiden saat membuka Rakernas II PDI-P di Jakarta, Selasa (21/6).

Sebab itu, Indonesia harus waspada agar tidak masuk dalam kelompok negara dengan ancaman keruntuhan ekonomi.

"Siapa yang mau membantu mereka kalau sudah 42? Mungkin kalau masih satu, dua, tiga negara krisis bisa dibantu mungkin dari lembaga-lembaga internasional, tapi kalau sudah 42 dan nanti bisa mencapai 60 kita tidak mengerti apa yang harus kita lakukan," kata Presiden.

Jokowi pun meminta para kader PDI Perjuangan untuk berjaga-jaga, meningkatkan kewaspadaan, dan berhati-hati.

"Saya kira Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri-red) sudah mengingatkan kita semuanya tentang itu. Hati-hati mengenai ini, kita tidak berada pada posisi normal," kata Presiden.

Ada potensi krisis yang terjadi akibat perubahan kondisi global. "Begitu muncul krisis keuangan, masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energi, mengerikan. Saya kira kita tahu semuanya, sudah satu, dua, tiga negara yang mengalami hal itu, tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli bahan bakar minyak (BBM), tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli pangan tidak bisa impor pangan karena pangan dan energinya impor semuanya, kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi," kata Kepala Negara.

Harga Subsidi

Lebih lanjut, Presiden mengatakan akibat krisis energi, harga minyak dunia melejit, namun pemerintah tetap berupaya mensubsidi (BBM) dalam negeri, sehingga tergolong rendah seperti pertalite masih 7.650 rupiah per liter dan pertamax 12.500 rupiah per liter.

"Hati-hati, ini bukan harga sebenarnya lho, ini harga yang kami subsidi dan subsidinya besar sekali. Saya berikan perbandingan saja, coba kita tengok di Singapura, harga bensin sudah sekitar 31 ribu rupiah, begitu juga di Jerman. Di Thailand sudah 20 ribu rupiah, kita masih 7.650 rupiah. Tapi, harus kita ingat, subsidi ke sini bukan besar, besar sekali," papar Jokowi.

Harga subsidi BBM tersebut, menurut Presiden, sangat besar, yaitu mencapai 502 triliun rupiah. Jumlah tersebut bisa dipakai untuk membangun satu Ibu Kota yang dianggarkan sebesar 466 triliun rupiah.

"Tapi, tidak mungkin ini tidak kami subsidi, akan ramai. Kami juga ada hitung-hitungan sosial politiknya juga kami kalkulasi," kata Kepala Negara.

Menanggapi hal itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Suroso Imam Zadjuli, mengatakan negara-negara yang akan mengalami kejatuhan ekonomi adalah negara yang fundamental ekonominya lemah.

"Fundamental ekonomi suatu negara yang lemah membuatnya rawan collapse. Pertumbuhan tidak rata, dan hanya bertumpu pada konsumsi, inflasi tinggi," kata Suroso.

Negara, tambahnya, perlu mengedepankan kebijakan produksi, agar pertanian, perikanan, dan industri lainnya maju. Karena di situlah mayoritas tenaga kerja berada. Pemerintah juga diharapkan tidak terperangkap pada jebakan utang.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top