Sejumlah Negara UE Setuju Tarif Tinggi untuk Mobil Listrik Tiongkok
Model mobil NIO ET5 dan mobil sport NIO EP9 buatan Tiongkok dipajang di ruang pamer Berlin, Jerman.
Foto: Asiafinancial/ReutersBRUSSELS - Negara-negara Uni Eropa diperkirakan akan mengonfirmasi tarif tinggi pada hari Jumat (4/10) terhadap mobil listrik buatan Tiongkok, sebuah langkah yang memecah blok tersebut karena beberapa negara yang dipimpin Jerman khawatir kebijakan itu akan memicu perang dagang dengan Beijing.
Komisi Eropa sementara menyetujui bea tambahan pada bulan Juni setelah penyelidikan menyimpulkan bahwa bantuan negara Beijing kepada produsen mobil tidak adil.
Tiongkok mengecam tarif baru hingga 35,3 persen -- di atas bea masuk yang berlaku saat ini sebesar 10 persen -- sebagai kebijakan "proteksionis" dan memperingatkan bahwa hal itu akan memicu perang dagang.
Brussels mengatakan pihaknya bertujuan melindungi produsen mobil Eropa dalam industri penting yang menyediakan pekerjaan bagi sekitar 14 juta orang di seluruh Uni Eropa tetapi tidak mendapat manfaat dari subsidi negara yang besar seperti di TIongkok.
Kanada dan Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir telah mengenakan tarif yang jauh lebih tinggi sebesar 100 persen pada impor mobil listrik Tiongkok.
Bea masuk Uni Eropa akan berlaku definitif selama lima tahun sejak 31 Oktober jika disetujui oleh perwakilan 27 negara anggota blok tersebut dalam pemungutan suara yang diharapkan dilakukan pada Jumat pagi.
Meskipun ada penentangan dari Jerman, bersama dengan Spanyol, Slowakia, dan Hongaria, diplomat Uni Eropa mengatakan kepada AFP bahwa tidak cukup banyak negara yang menentang tarif tersebut.
Aturan Uni Eropa menetapkan, untuk menghentikan tarif tambahan komisi, harus ada setidaknya 15 negara yang memberikan suara menentang, mewakili 65 persen populasi blok tersebut.
Prancis, Italia, dan Polandia serta negara-negara Baltik diperkirakan akan mendukung bea masuk tersebut.
Kecuali ada mayoritas pemblokiran, komisi akan memiliki kebebasan untuk menetapkan bea masuk yang pasti, yang juga berlaku untuk kendaraan yang dibuat di Tiongkok oleh kelompok asing seperti Tesla, yang menghadapi tarif sebesar 7,8 persen.
Tarif tersebut telah membuat Prancis dan Jerman bersaing satu sama lain. Paris berargumen bahwa tarif tersebut diperlukan untuk menyamakan kedudukan bagi produsen mobil Uni Eropa dengan produsen mobil Tiongkok.
Tetapi Jerman, yang terkenal dengan industri otomotifnya yang kuat dan produsen utamanya termasuk BMW, Volkswagen, dan Mercedes yang banyak berinvestasi di Tiongkok, mengatakan UE berisiko merugikan dirinya sendiri dengan tarif, dan telah mendesak agar negosiasi dengan Beijing dilanjutkan.
Dalam indikasi menyebarnya ketakutan di Eropa, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengubah arahnya dan meminta Brussels bulan lalu untuk "mempertimbangkan kembali", meskipun Madrid awalnya mendukung.
Tali Ketat Uni Eropa
Hongaria juga vokal dalam penentangannya, Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto mengatakan minggu ini Budapest akan memberikan suara menentang proposal "berbahaya" tersebut.
Beijing mengancam akan membalas dengan tegas tarif tersebut dan membuka penyelidikan terhadap produk brendi, susu, dan daging babi Eropa yang diimpor ke Tiongkok.
Tiongkok berupaya dengan sia-sia untuk menghentikan bea masuk, dengan harapan dapat menyelesaikan masalah melalui dialog, tetapi pembicaraan sejauh ini gagal menghasilkan kesepakatan yang memuaskan UE.
Komisi tersebut mengatakan bea apa pun dapat dicabut nantinya jika Tiongkok menanggapi kekhawatiran UE.
Ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan UE tidak terbatas pada mobil listrik, penyelidikan yang diluncurkan oleh Brussels juga menargetkan subsidi Tiongkok untuk panel surya dan turbin angin.
Blok tersebut menghadapi tugas yang sulit saat mencoba mengembangkan industri teknologi bersih dan berinvestasi dalam transisi hijau tanpa memicu perang dagang yang menyakitkan dengan Tiongkok.
Sejak Juli, tarif tambahan maksimum untuk kendaraan listrik telah direvisi turun -- menjadi 35,3 persen dari sebelumnya 38 persen -- menyusul diskusi UE dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung