Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang

Sejarah Sengketa Dagang Bayangi Kesepakatan AS-Tiongkok

Foto : Sumber: Biro Sensus AS – Litbang KJ/and/ones
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON -Saat tim perdagangan Presiden Trump menyerahkan daftar tuntutan yang sangat berani kepada para pejabat Tiongkok di Beijing Mei tahun lalu, salah satu media pro pemerintah Tiongkok, Global Times, membentangkan judul di headline: "Apakah Sekarang 1840?".

Lima bulan kemudian, kantor berita negara Tiongkok, Xinhua, menuduh Wakil Presiden AS, Mike Pence, yang mengeluh bahwa Beijing hanya memberi sedikit untuk membuka ekonominya, tidak memiliki pengetahuan tentang masa lalu Tiongkok.

Di belakang kritikan itu adalah sejarah panjang dan menyakitkan bagi Tiongkok. Mereka menyerah pada kekuatan Barat, dengan apa yang disebut oleh media media Tiongkok sebagai abad penghinaan, yang dimulai dengan perjanjian yang tidak setara pada abad ke-19 setelah Perang Candu pertama.

Sejarah telah menghantui perundingan dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia itu. Sementara permintaan AS soal penghentian transfer teknologi paksa dan subsidi perusahaan milik negara tetap belum dipenuhi. Ganjalan utama bersumber pada desakan AS atas mekanisme penegakan kesepakatan yang memberikannya hak untuk mengenakan sanksi tarif jika Tiongkok membatalkan perjanjian perdagangan.

Masalah itu diperkirakan akan menjadi isu utama dalam perundingan pada Kamis pekan ini, saat Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, juru runding utamaRobert Lighthizer, akan kembali mencoba membuat kemajuan menuju kesepakatan akhir. Delegasi Tiongkok dijadwalkan tiba di Washington pekan ini, untuk menggelar pembicaraan tambahan.

Ketika mereka berusaha menyelesaikan negosiasi, pejabat pemerintahan Trump telah menguraikan berbagai situasi untuk menegakkan perjanjian. Baru-baru ini, para juru runding menyerukan suatu sistem di mana perwakilan dari kedua negara akan bertemu untuk mengatasi masalah yang muncul.

Beijing telah sepakat untuk menggelar pertemuan berkala pada tingkat direktur departemen, wakil menteri dan menteri, yang akan memungkinkan AS untuk mengawasi perilaku Tiongkok, dan keluhan dari perusahaan tentang praktik bisnis yang tidak adil.

"Jika Tiongkok gagal menepati kesepakatan, AS akan merespons secara sepihak tapi proporsional," kata Lighthizer pada sidang kongres bulan lalu.

Namun, Tiongkok menolak persyaratan AS dapat memberlakukan tarif jika Beijing gagal memenuhi kesepakatan. Pemerintahan Trump mengatakan mekanisme seperti itu diperlukan untuk memastikan bahwa Tiongkok memenuhi isi perundingan dan tidak mengulangi pola pengingkaran janji seperti di masa lalu.

Tapi, para sejarawan mengatakan pelucutan senjata semacam itu terbukti tidak disukai Tiongkok karena kenangan pahit dari perjanjian yang menguntungkan AS sepihak pada era sebelumnya.nytimes/SB/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top