Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Suriname

Sejarah Negara Suriname, Masyarakat Majemuk yang Tidak Diinginkan

Foto : afp/ Ranu Abhelakh
A   A   A   Pengaturan Font

Dampak jangka panjang dari hal ini tidak dipertimbangkan. Belanda baru kemudian menyadari bahwa selain bahasa yang berbeda, para pekerja tamu ini juga membawa budaya yang berbeda, adat istiadat yang berbeda, moral yang berbeda, dan agama yang berbeda.

Meskipun jumlah orang Turki dan Maroko dalam total penduduk Belanda relatif kecil, hal ini telah mengubah inti masyarakat Belanda. Setelah bertahun-tahun dilanda masalah politik, sosial, agama dan budaya dan terkadang bahkan ketegangan, Belanda tiba-tiba menjadi negara imigran dan penduduk asli.

Hanya dalam waktu lima puluh tahun, Belanda telah menjadi masyarakat multikultural. Hal ini bukannya tanpa perlawanan dan masih menimbulkan perdebatan sengit. Belanda tidak pernah secara sadar memilih untuk mengubah masyarakat dari masyarakat yang hampir seluruhnya berkulit putih dan beragama Kristen menjadi masyarakat multikultural di mana berbagai ras, budaya, dan agama harus berbagi wilayah yang sama.

"Bukanlah tempat saya untuk menilai bagaimana Belanda menghadapi fenomena transisi menuju masyarakat multikultural. Yang menjadi perhatian saya di sini adalah asal muasalnya adalah mengejar keuntungan. Dan begitulah asal muasal Suriname," kata Naarendorp.

"'Inilah bagaimana provinsi Suriname muncul sebagai inisiatif swasta yang seluruhnya didasarkan pada motif ekonomi dan komersial," imbuh dia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top