Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sejarah 19 Januari: Tragedi Silvertown, Kecelakaan Perang Dunia I Paling Tragis

Foto : Historic England.

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Pada 19 Januari 1917, ketika dunia tengah berjibaku dalam Perang Dunia I, sebuah ledakan besar mengguncang Inggris.

Saking besarnya ledakan itu, sekitar 70.000 properti di area yang lebih luas ikut rusak. Gelombang kejut bisa dirasakan di Essex, yang berjarak 40 kilometer jauhnya. Sebanyak 73 orang tewas dan melukai ratusan lainnya, yang sebagian adalah penduduk setempat, termasuk anak-anak dan bayi.

Tapi ledakan besar itu bukan disebabkan oleh pesawat pembom Zeppelin milik Jerman yang kala itu semakin sering muncul di kaki langit London. Melansir Heritage Calling, akar dari ledakan terbesar di ibu kota Inggris itu terjadi di pabrik TNT Brunner Mond and Company di distrik Silvertown, di London Timur, Inggris.

Saat itu, bencana Silvertown merupakan ledakan terbesar yang pernah terjadi di Inggris Raya sekaligus salah satu kecelakaan paling terkenal dari Perang Dunia I.

Ironinya, ledakan itu berakar dari kebodohan pemerintah karena terburu-buru mengadaptasi tempat yang sangat tidak cocok untuk produksi bahan peledak TNT di distrik Silvertown, yang merupakan daerah padat penduduk.

Kembali pada 1915, Inggris yang terjun dalam Perang Dunia I membutuhkan peluru berdaya ledak tinggi yang berisi TNT karena Front Barat mengalami stagnasi dalam perang parit. Kementerian Amunisi pun dibentuk.

Namun, Sebelum pabrik baru yang dibangun khusus dapat dirancang, pemerintah memilih untuk mengidentifikasi bangunan yang ada dan dengan cepat diubah untuk memproduksi TNT. Pabrik kimia Brunner Mond and Company di Silvertown, salah satunya.

Melansir History.uk, sejak awal manajemen Brunner Mond and Co. menyatakan keprihatinan mereka tentang rencana pemerintah untuk mengalihkan pabrik mereka dari produksi soda kaustik menjadi TNT untuk amunisi.

Keputusan itu didasari karena TNT adalah zat yang sangat tidak stabil dan pabriknya berada di daerah perkotaan yang padat. Terlebih, pabrik berlokasi di dekat dermaga tepi sungai yang berisi bahan mudah terbakar lainnya seperti minyak, pernis, dan bahan kimia.

Pada bulan September 1915, manajemen menyerah pada tekanan pemerintah dan pabrik tersebut segera menghasilkan sembilan ton TNT per hari.

Tak perlu waktu lama bagi kekhawatiran manajemen menjadi kenyataan. Ledakan pada 19 Januari 1917 tak hanya menghancurkan pabrik, tapi juga beberapa jalan di dekatnya. Logam cair langsung menghujani wilayah sekitar dan memulai kebakaran liar yang bisa dilihat sejauh Kent dan Surrey.

Lebih dari 900 rumah di dekat pabrik hancur atau rusak parah akibat bencana tersebut, menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Tujuh puluh tiga orang meninggal hari itu dan lebih dari 400 orang terluka. Korban tewas juga termasuk banyak petugas pemadam kebakaran, bersama dengan pekerja dermaga dan pabrik. Tak sedikit anak-anak yang ikut tewas kala tertidur di tempat tidur mereka.

Sebuah laporan pemerintah atas kecelakaan itu tidak mengesampingkan sabotase, tetapi pada akhirnya menyimpulkan bahwa kemungkinan percikan api yang menyulut meledaknya 53 ton TNT.

Brunner Mond and Company tak luput dari kritik karena dianggap lalai. Liputan pers tentang ledakan itu tunduk pada sensor masa perang, sehingga nama pabrik maupun lokasinya, disembunyikan karena takut memperingatkan musuh. Laporan itu tetap dirahasiakan hingga tahun 1950-an.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top