Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Segera Lahir Pesawat Supersonik Generasi Baru

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Industri dirgantara tidak berhenti dalam pengembangan pesawat komersial supersonik pascaberhentinya operasi Concorde. Beberapa perusahaan rintisan di AS tengah mengembangkan pesawat berkecepatan tinggi, hemat bahan bakar, dan tidak berisik.

Dunia penerbangan sedang menuju tahap revolusi teknologi selanjutnya setelah beberapa tahun mengalami stagnasi. Selain menciptakan pesawat bertenaga listrik salah satu yang dilakukan adalah pengembangan pesawat supersonik.
"Dunia tidak dapat menunggu hingga tahun 2050 untuk menjadi karbon netral. Kami harus melakukannya hari ini," kata Presiden dan CEO Aerion Corporation Tom Vice, kepada CNN Travel.
Saat ini beberapa manufaktur penerbangan sedang berkompetisi menciptakan pesawat dengan kecepatan supersonik yang hemat bahan bakar dan tidak berisik. Pembuat pesawat asal Amerika Serikat (AS) bernama Aerion, berjanji akan meluncurkan pesawat jet bisnis berkecepatan tinggi bernama AS2 pada 2023.
Pesawat dengan kecepatan 1,4 mach atau 1.609 km per jam ini mampu terbang dari New York ke London sejauh 5.568 km membelah samudera Atlantik hanya dalam waktu 4,5 km per jam. Dengan pesawat biasa, rute tersebut rata-rata ditempuh dalam waktu 6 jam 40 menit.
Persiapan saat ini, Aerion sedang membangun kantor pusat di Florida AS. Rencananya produksi pesawat akan dimulai pada 2023. Investasi mencapai 300 juta dollar AS atau sekitar 4,2 triliun rupiah untuk pengembangan Aerian Park di Bandara Internasional Orlando.
Di Aerian Park, selain kantor pusat juga berdiri kampus terintegrasi untuk penelitian, desain, produksi, dan penyelesaian interior pesawat. Investasi tersebut diperkirakan akan menyerap sebanyak 675 pekerja bergaji tinggi pada 2026.
Aerion berharap mendapat nilai pesanan domestik dan internasional senilai 6,5 miliar dollar AS dan akan mengirim 300 pesawat dalam 10 tahun produksi. Penerbangan pertama AS2 dijadwalkan pada 2024. Perusahaan bermaksud membawa pesawat ke pasar pada 2026.
Harga jual AS2 yang memiliki 3 mesin dibanderol 120 juta dollar atau 1,6 triliun rupiah. Harga yang mahal diklaim sebanding dengan penghematan waktu. Pesawat bermesin supersonik Affinity buatan General Electric dan badan dari Spirit AeroSystems tersebut diklaim juga cukup efisien bahan bakar.
Kokpitnya menggunakan teknologi dari Honeywell, perusahaan yang mengadopsi teknologi jet militer supersonik. Perusahaan ini juga bertugas merancang prosesor, tampilan, sensor, dan sistem kontrol penerbangan. "Kami harus merancang pesawat yang sangat efisien dengan pembakaran bahan bakar serendah mungkin,"ujar Tom Vice.
Selama 10 tahun, Aerion menghabiskan waktu untuk riset menemukan aerodinamika yang hemat bahan bakar. Perusahaan juga merancang secara khusus seputar kebisingan dan emisi, sesuatu yang tidak dimiliki pesawat supersonik model lawas, Concorde.

Lebih Senyap
Untuk mengurangi kebisingan, Vice mengatakan, AS2 dirancang untuk memenuhi Stage 5 Airplane Noise Standards atau standar kebisingan pesawat tahap 5, peraturan kebisingan pendaratan dan lepas landas yang paling ketat. "Kami pikir telah memecahkan masalah tersebut," kata Vice. "Pesawat kami akan setenang pesawat lain yang tengah parkir di bandara," tambahnya.
Tapi mungkin salah satu fitur AS2 yang paling inovatif adalah boomless cruise atau pelayaran tanpa boom. Konsep ini memungkinkan pesawat terbang secara supersonik di darat, tanpa suara ledakan menghantam tanah, namun dipantulkan kembali ke atmosfer.
Namun demikian, pesawat tidak 100 persen tanpa terdengar karena masih menyisakan suara hingga ke darat (low boom). Suaranya mirip gemuruh guntur di kejauhan. "Kami akan memiliki pesawat pertama dalam sejarah yang dapat terbang supersonik di atas tanah. Tidak ada orang di darat yang mendengar ledakan tersebut," ujar dia.
Vice menambahkan, Aerion bukan hanya menciptakan pesawat supersonik berbahan bakar fosil, namun juga pesawat supersonik hibrida dengan kombinasi tenaga listrik. Model baru nantinya akan lebih hemat bahan bakar.
Di pasar pesawat supersonik Aerion tidak sendiri. Salah satu pesaing yang cukup menonjol adalah Boom. Pada Oktober 2020, perusahaan rintisan (start up) yang berbasis di Denver membuat sejarah dengan meluncurkan pesawat demonstran XB1, sebuah pesawat supersonik pertama yang dikembangkan secara independen.
Boom juga telah membuat prototipe skala 1:3 dengan panjang 71 kaki bernama Baby Boom. Jet ini diproyeksikan memiliki kecepatan 2,2 Mach. Kecepatan memungkinkan penerbangan dari New York ke London hanya dalam waktu 3 jam 30 menit.
hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top