Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Segarnya Udara di Gili Iyang

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Di Madura terdapat pulau kecil dengan kandungan oksigen terbaik nomor dua di dunia. Udara yang menyegarkan dan alamnya indah yang menenangkan membuat penduduknya berumur panjang.

Diresmikannya Bandara Trunojoyo oleh Presiden Joko Widodo pada semakin membuka akses wisatawan untuk datang ke Madura. Bandara ini selain jadi pusat konektivitas antarpulau di sekitar Madura, juga mempermudah orang luar pulau untuk berwisata.
Salah satu tempat wisata yang menarik dari di Madura adalah Gili Iyang. Gili atau pulau dengan luas 9,15 kilometer persegi ini berada sebelah timur Pulau Madura. Jaraknya dari pesisir pantai Kabupaten Sumenep kira-kira hanya 2 kilometer sehingga cukup mudah diakses dengan kapal kecil.
Secara administrasi Gili Iyang memiliki dua desa yaitu Desa Bancamara dan Desa Banraas di Kecamatan Dungkek. Penduduk dari dua desa tersebut totalnya mencapai 7.832 ribu jiwa. Yang menarik wisatawan dari pulau kapur (karst) yang tidak begitu subur ini adalah kadar oksigennya yang tinggi.
Pada 2006, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) meneliti terkait kualitas udara di pulau tersebut. Lapan menyebutkan, dari 17 titik yang diuji, kadar oksigen di Gili Iyang adalah sebesar 20,9 persen.
Kadar oksigen Gili Iyang hanya kalah dengan di beberapa titik di Laut Mati di Yordania yang kadar mencapai 36 persen. Kini, kedua daerah ini kemudian dinobatkan sebagai daerah dengan kadar oksigen terbaik di dunia.
Dengan kandungan oksigen 20,9 persen itu artinya di dalam volume 1 liter udara bebas terkandung 0,209 liter oksigen. Apalagi pulau ini cukup jauh dari dari kota besar, dengan demikian nilai kandungan zat-zat pencemar udara seperti karbon monoksida (CO2), nitrogen oksida (NO2), atau sulfur dioksida (SO2) adalah sangat rendah.
Bagi tubuh manusia oksigen sangat penting untuk kelangsungan hidup. Ketika sudah berada di dalam aliran darah, oksigen membantu menggantikan sel-sel yang rusak, menyediakan energi untuk tubuh, hingga mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh.
Tubuh manusia membutuhkan kandungan oksigen antara 19,5-22,0 persen. Di luar angka ini manusia akan mengalami kesulitan dalam bernafas apalagi jika sampai kurang. Kadar oksigen yang kurang dari 19,5 persen akan menyebabkan kekurangan oksigen yang disebut hipoksia.
Ketika kekurangan oksigen manusia akan mengalami pusing dan tubuh terasa lemah. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan koma dan berakhir dengan kematian. Udara yang segar di Gili Iyang inilah yang dicari oleh para wisatawan di samping menikmati keindahan pantainya yang bersih dengan lautnya yang tenang.
"Faktor yang menyebabkan kandungan oksigen cukup tinggi di Gili Iyang berasal dari laut," kata Sumaryati dari Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan, dalam kajiannya yang dipublikasikan di Jurnal Lapan dengan judul Kajian Potensi Wisata Kesehatan Oksigen di Gili Iyang.
Udara dari luar di sekitarnya banyak mengandung aerosol garam, terutama magnesium sulfat atau dikenal dengan nama garam epsom. Garam ini memiliki manfaat bagi kesehatan seperti meringankan rasa sakit dan nyeri akibat aktivitas yang berat, menghilangkan stres, menjaga kesehatan jantung, mengobati eksim, dan mengatasi sembelit.
Bagi ibu hamil garam Epsom dapat untuk mengobati penyakit komplikasi kehamilan dengan nama preeklampsia dan eklampsia. Juga bisa menjadi tindakan medis awal untuk pasien yang terkena serangan stroke.
Menurut riset intensif oleh Badan Lingkungan Hidup dan Bappeda Kabupaten Sumenep pada 2011 menyatakan bahwa kadar oksigen tertinggi hingga mencapai angka tersebut tidak terjadi setiap hari. Hanya pada Februari, kualitas oksigen dapat mencapai angka 20,9 persen.

Harapan Hidup Tinggi
Gili Iyang yang menyegarkan juga cukup menenangkan. Di sini tingkat kebisingannya hanya 36,5 desibel. Artinya pulau ini jauh dari polusi suara seperti yang berada dari kendaraan yang secara tidak disadari sering menciptakan stres.
Kadar oksigen yang tinggi dan rendahnya polusi udara, serta kehidupan sosial yang harmonis membuat penduduk Gili Iyang memiliki harapan hidup yang tinggi. Di pulau dengan pemandangan yang elok ini penduduknya banyak yang memiliki umur 80 tahun, 90 tahun bahkan hingga umur 100 tahun.
Di Gili Iyang tempat menikmati kesegaran udara berada di sebuah lokasi yang disebut dengan "Titik Oksigen." Titik tersebut berupa lahan berpagar bambu dengan luas tak lebih dari 200 meter persegi.
Untuk masuk pengunjung akan diminta mengisi buku tamu dan membayar semacam retribusi kas desa seikhlasnya. Fasilitas yang disediakan berupa gazebo dengan jumlah 10 buah sebagai tempat untuk merasakan kandungan oksigen yang tinggi sekaligus beristirahat, dan tersedia juga kamar kecil.
Meski ada titik terdekat yaitu adalah Pantai Lapa Laok di ujung timur Pulau Madura, namun untuk menuju ke Gili Iyang hanya bisa dari Pelabuhan Penyeberangan Dungkek. Hanya perlu waktu sekitar 30-40 menit dengan jarak 9 kilometer untuk menuju dermaga di Desa Bancamara. Ongkos kapal laut sebesar 10.000 rupiah per orang untuk menumpang perahu berkapasitas antara 20-50 orang bergantung ukuran angkutannya.
Cara mengelilingi pulau dengan ada ojek motor roda dua dan roda tiga yang disebut dengan odong-odong atau dorkas. Motor dan dorkas tadi melintas di atas jalan selebar dua meter berpermukaan paving block mengelilingi pulau sepanjang 10 kilometer.
Jalan ini dibangun pemerintah Kabupaten Sumenep pada 2015 sebagai persiapan menjadikan Gili Iyang destinasi wisata baru andalan kabupaten dan provinsi. Di pulau ini telah tersedia pembangkit listrik berkekuatan 3x500 kW, menggantikan pembangkit listrik swadaya. hay/I-1

Menapaki Gelapnya Gua Mahakarya

Pesona Gili Iyang tidak hanya berhenti pada kadar oksigen yang tinggi, pantai berpasir putih, dan juga alam bawah lautnya yang indah. Pulau kecil ini memiliki gua kapur yang artistik dengan nama Gua Mahakarya.
Gua ini dari atas tidak terlihat. Gua ini berada di pekarangan warga yang sebelumnya menjadi tempat persembunyian babi hutan. Karena berada di dekat warga bernama Mahakarya, maka gua ini kemudian dinamakan Gua Mahakarya.
Gua Mahakarya ini memiliki luas yang cukup besar sekitar 800 meter persegi dan terbagi menjadi 7 ruangan. Gua ini masih cukup gelap, penerangan yang ada bersumber dari listrik tenaga matahari hasil karya mahasiswa ITS.
Di dalam gua juga masih banyak ditemukan kelelawar yang bergerombol. Kondisi gua ini masih alami dan jauh dari keisengan tangan-tangan jahil yang merusaknya. Tetesan air yang masih terjadi membuat stalaktit dan stalakmitnya masih hidup dan berkembang.
Di gua Mahakarya ini terdapat formasi batuan yang memiliki bentuk sangat unik, seperti bebatuan yang berjejer seumpama sebuah deretan anggota keluarga bapak, ibu serta dua orang anak. Pada titik lain, berdiri kokoh bebatuan yang berbentuk seperti naga.
Di sini juga terdapat pemandu yang akan memberi petunjuk bagi tamu. Pemandu ini akan menawarkan lampu senter untuk bisa mengetahui keindahan gua. Para pemandu ini berasal dari warga setempat dikenal ramah dalam membantu wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara yang banyak datang ke tempat tersebut. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top