Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sebanyak 10.000 Prajurit Dikerahkan Demi Bantu Korban Banjir Maut yang Tewaskan 443 Orang

Foto : REUTERS/Rogan Ward

Tim SAR Menggunakan Seekor Anjing untuk Mencari mayat di Dassenhoek Dekat Durban, Afrika Selatan.

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa pada Senin (18/4) mengumumkan keadaan bencana nasional atas banjir mematikan yang menewaskan 443 orang di pantai timur Afrika Selatan.

"Ini adalah bencana kemanusiaan yang membutuhkan upaya bantuan besar-besaran dan mendesak," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi seperti dikutip AFP.

Dalam penampilan publiknya, Ramaphosa juga memperingatkan bahwa membangun kembali daerah yang terdampak, bahkan layanan yang bersifat dasar sekalipun akan memakan waktu.

"Nyawa, kesehatan, dan kesejahteraan ribuan orang masih dalam bahaya," tegasnya.

Peringatan tersebut dikatakannya mengingat Pelabuhan Durban yang menjadi salah satu terminal pengiriman terbesar dan tersibuk di benua Afrika sangat terdampak banjir.

"Pelabuhan Durban telah sangat terpengaruh," katanya.

Selain pelabuhan, sekitar 40.000 orang kehilangan tempat tinggal dan lebih dari 600 sekolah dan 66 fasilitas perawatan kesehatan rusak, kata Ramaphosa. Pemerintah telah mengumumkan bantuan darurat senilai 68 juta Dolar Amerika.

Militer setempat pada Senin (18/4) mengatakan 10.000 tentara telah dikerahkan untuk membantu memulihkan listrik dan air serta mencari yang hilang. Hingga kemarin, 48 orang masih belum bisa ditemukan.

Ratusan mayat yang telah ditemukan menjadi sulit untuk dikubur mengingat kondisi jalan yang rusak dan kuburan yang tergenang air.

"Ada begitu banyak yang meninggal, dan kamar mayat tidak bisa mengikuti karena terendam banjir," kata Pieter van der Westhuizen, manajer umum layanan pemakaman di perusahaan asuransi Avbob seperti dikutip AFP.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Perwakilan Asosiasi Direktur Pemakaman KZN Nasan Chetty mengatakan hujan terus menerus telah membuat proses pemakaman menjadi sulit dilakukan.

"Jika kami menggali kuburan dan kemudian kembali untuk melakukan penguburan beberapa jam kemudian, itu tergenang air," katanya kepada AFP.

Sebagian besar eThekwini, kota yang mencakup Durban masih tidak mendapatkan akses ke listrik maupun sumber air bersih. Pemerintah setempat memperkirakan 80 persen saluran air di kota itu rusak. Beberapa pasukan sukarelawan termasuk tukang ledeng dan tukang listrik, bergabung untuk mencoba mengembalikan kehidupan normal di kota tersebut.

AFP juga memantau banyak jalan yang masih dilumuri lumpur. Di daerah-daerah yang belum dapat dicapai oleh tim perbaikan, para korban bekerja sama membersihkan jalan sehingga tanker air dapat lewat.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top