Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

SDM Indonesia Harus Tingkatkan Soft Skill agar Dapat Bersaing di Pasar Kerja

Foto : Istimewa

Juru Bicara G20, Maudi Ayunda (kanan) dan Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20, Iwan Syahril dalam diskusi virtual "Pendidikan Berkualitas Hadapi Dunia Kerja Pasca Pandemi" yang diselenggarakan Forum Merdeka Barat 9 di Jakarta, Kamis (23/6).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia harus meningkatkan skill sumber daya manusia (SDM) agar mampu bersaing di pasar kerja di masa depan. Terlebih lagi, nantinya akan banyak pekerjaan berbasis teknologi menggantikan pekerjaan yang mengutamakan fisik.

Apabila tak diantisipasi, SDM Indonesia akan tertinggal jauh dan kalah bersaing di kancah internasional.

"Saya membaca literatur bahwa lima tahun ke depan akan banyak jenis pekerjaan yang akan hilang, umumnya yang mengandalkan fisik dan akan diganti pekerjaan berbasis teknologi. Artinya agar bisa bersaing kita harus meningkatkan skill kita," ungkap Juru Bicara G20, Maudi Ayunda dalam diskusi virtual "Pendidikan Berkualitas Hadapi Dunia Kerja Pasca Pandemi" yang diselenggarakan Forum Merdeka Barat 9 di Jakarta, Kamis (23/6).

Maudi menerangkan Indonesia tengah mengalami bonus demografi hingga 2030, namun tanpa meningkatkan skill-nya maka bonus demografi ini tidak akan bisa bersaing di pasar kerja.

"Ke depan, faktor yang diutamakan ialah keterampilan, karena itu kita harus pertajam soft skill kita agar bisa bersaing di pasar kerja," tandas Maudi.

Dia juga menyinggung posisi Indonesia sebagai Presidensi G20. Ajang ini kata dia sebagai momentum anak muda Indonesia untuk melakukan lompatan besar agar bisa bersaing di peta persaingan global.

Pada kesempatan sama, Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20, Iwan Syahril mengatakan sebenarnya Indonesia sudah menyiapkan sistemnya untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Itu dengan adanya Kurikulum Merdeka menggantikan kurikulum lama tahun 2013.

Kurikulum Merdeka ini merupakan kurikulum yang jauh lebih ringkas, sederhana dan lebih fleksibel untuk bisa mendukung learning loss recovery akibat pandemi Covid-19.

"Jadi agar bisa bersaing ke depan pendidikan kita harus fokus yang paling fundamental, yang paling esensial,"ujar Iwan yang juga sebagai Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek.

Dia juga menjelaskan ada juga program kampus merdeka yang sangat transformatif.

"Mas menteri bilang belajar itu tidak mesti harus di kampus tapi bisa di mana mana, karena untuk mendapatkan soft skill tidak bisa hanya duduk di kampus tetapi mereka harus nyemplung di perusahaan di organisasi organisasi di mana mana supaya kemampuan mereka untuk problem solving itu terasah," paparnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top