Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Saya Lega Siti Aisyah Bisa Kembali ke Rumah

Foto : KORAN JAKARTA/TRISNO JULIANTORO

RUMAH SITI AISYAH | Kondisi rumah orang tua Siti Aisyah di Kampung Ranca Sumur, Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten.

A   A   A   Pengaturan Font

Setelah bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara, Siti Aisyah pulang ke kampung halamannya di Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (12/3) malam. Kedatangannya pun disambut meriah oleh keluarga dan warga sekitar.

Setelah kepulangan Siti Aisyah, Koran Jakarta berkesempatan mengunjungi kediaman orang tuanya. Setelah memasuki Kota Serang, kami menyusuri Jalan Nasional ke arah Kabupaten Pandeglang, ke arah barat menuju Desa Sindangsari melalui Jalan Raya Palka.

Di sepanjang jalan, tampak hamparan padang rumput yang luas diselingi persawahan dan rumah-rumah warga. Setelah menempuh perjalanan 10 kilometer (km) dari Kota Serang, dan sempat melewati proyek pembangunan Kampus Baru Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, kami akhirnya tiba di jalan desa depan SDN Sindangsari 1, jalan masuk ke rumah orang tua Siti Aisyah.

Sayangnya, ketika kami memasuki desa yang berada di pinggiran Kota Serang tersebut, Kamis (14/3) siang, tidak nampak sisa-sisa perayaan kepulangan Siti Aisyah. Jalanan cenderung lengang tanpa banyak orang berlalu-lalang, suasana pun sepi.

Di jalanan yang beraspal rusak tersebut, kendaraan kami perlahan memasuki jalan. Setelah sekitar 200 meter dari jalan raya, mobil kami parkirkan di rumah salah seorang warga yang bersedia untuk mengantar kami ke kediaman orang tua Siti.

Setelah diantar menyusuri jalan desa sekitar 50 meter, kami menemukan rumah kediaman orang tua Siti Aisyah yang tampak sepi seperti suasana desa. Memang, sehabis pulang ke rumah, Siti langsung dibawa kembali ke Jakarta oleh pihak Kementerian Luar Negeri, Rabu (13/3) malam.

Di depan rumah, tampak Ibunda Siti, Benah, 49 tahun, sedang menyapu teras rumah yang berwarna oranye muda itu. Raut kelelahan akibat perayaan kembalinya Siti tampak terlihat jelas dari wajah Ibundanya. Meskipun demikian, tampak raut kelegaan di sisi wajahnya yang lain.

"Saya lega sekali Siti bisa kembali ke rumah. Saya lihat dia capek sekali belum tidur. Makanya kemarin dia dibawa sama pihak Kementerian Luar Negeri buat dibawa ke tempat yang lebih tenang, saya senang," tuturnya sembari mengantar kami masuk ke ruang tamu.

Beralaskan tikar sederhana, Benah mempersilakan kami untuk duduk, dan meminta kami bersabar menunggu suaminya yang sedang makan siang di ruang makan. Ia pun bercerita betapa bahagianya dirinya karena anaknya dinyatakan sementara tidak bersalah, dan dapat kembali berkumpul bersama keluarga di rumah. "Saya senang sekali akhirnya anak saya bebas. Anak saya memang tidak bersalah," ujar Benah.

Benah, yang menggunakan daster ala ibu rumah tangga, menuturkan bahwa anaknya belum sempat cerita banyak usai pulang ke rumah. Ia pun melihat anak bungsunya tampak kelelahan akibat proses persidangan yang dilakoninya untuk menghadapi kasus dugaan terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri dari pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, di Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia, dua tahun lalu. "Kelihatan lelah sekali, tetapi akhirnya bahagia karena sudah bebas dan bisa pulang," ungkapnya.

Merasa Bersyukur

Disinggung soal keterlibatan pemerintah, Ibunda Siti berkali-kali mengucap syukur dan terharu dengan peran pemerintah dalam membantu anaknya. Meskipun belum bebas murni, Benah tetap bersyukur karena anaknya tidak bersalah. Sambil menonton berita di televisi yang memperlihatkan Presiden, ia pun mengisahkan penjemputan anaknya di Istana Negara, Selasa lalu.

"Saya ketemu beliau (Presiden Jokowi). Gemeteran mah saya, badan panas-dingin. Bersyukur banget anak saya bisa dibantu dibebasin. Terima kasih KBRI, Kementerian Luar Negeri, terima kasih Presiden Jokowi," kisahnya.

Hal serupa juga diungkapkan suami Benah, Asria Nur Hasan, 55 tahun. Ia berkali-kali mengucapkan syukur dan terima kasih atas usaha pemerintah Indonesia yang sukses melakukan silent diplomacy terhadap pemerintah Malaysia, untuk membuktikan bahwa anaknya tidak bersalah.

"Pokoknya saya terima kasih ke pemerintah yang sudah membantu anak saya. Sejak awal, saya juga tahu anak saya tidak mungkin melakukan itu (pembunuhan). Anak saya tidak bersalah," kisahnya.

Pedagang sapu lidi tersebut kini menyerahkan sepenuhnya kasus anaknya kepada pemerintah. Sambil duduk dan membenarkan sarung kotak-kotak merah yang dipakai, ia pun menuturkan bahwa harapannya kepada Tuhan dan pemerintah untuk dapat membantu menyelesaikan kasus anaknya, hingga bebas murni.

"Ya, saya hanya berharap sama Allah agar kasus anak saya selesai, dan menyerahkan sepenuhnya ke pemerintah. Pokoknya, saya bahagia anak saya sudah dibebaskan," tuturnya.

Siti Aisyah, terduga dalam kasus pembunuhan Kim Jong-nam, terkenal sebagai anak yang pendiam dan santun oleh masyarakat sekitar. Sebelumnya, ia diketahui pergi merantau ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Hanya beberapa bulan dia bekerja sebagai pramuniaga di sebuah klub di Malaysia. Ia dijebak oleh terduga intelijen Korea Utara untuk melakukan pembunuhan kepada kakak ipar Kim Jong-un tersebut.

"Dia (Siti Aisyah) mah, orangnya pendiam, ramah tamah, baik hati. Makanya saya heran dan gak nyangka waktu ada berita dia ditangkap, apalagi kasus pembunuhan internasional," ungkap Ketua RW 03 Desa Sindangsari, Sukria, 51 tahun, di kediamannya. trisno juliantoro/aden ma'ruf/E-3

Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top