Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Samudera Atlantik Diam-diam Meluas

Foto : Istimewa

PILAB-Remote-Sensor-scaled

A   A   A   Pengaturan Font

Materi dari lapisan mantel bumi mendorong benua Amerika Utara dan Selatan semakin terpisah dari Eropa serta Afrika. Secara konvensional pergerakan lempeng benua terjadi karena teori akibat gaya gravitasi. Namun kejadian di Atlantik ini bukan.

Hasil penelitian menyebutkan, benua Atlantik yang membujur dari selatan ke utara dan diapit benua Amerika serta Euroasia-Afrika mengalami pelebaran. Pelebaran sekaligus membuat benua Amerika semakin menjauh dari Euroasia dan Afrika.
Hasil penelitian menyebutkan pelebaran diakibatkan adanya materi dari mantel yaitu lapisan bumi antara inti dan kerak, yang naik ke atas. Material ini membuatnya merekah sekaligus mengisi tempat yang kosong dengan material panas pada area yang disebut "Mid Atlantic Ridge" atau Punggung Bukit Atlantik Tengah
"Ada jarak yang semakin jauh antara Amerika Utara dan Eropa. Hal itu tidak didorong oleh perbedaan 'politik atau filosofis' tapi disebabkan konveksi mantel," kata peneliti Universitas Southampton, Nick Harmon, seperti dilaporkan laman About Manchester.
Mid Atlantic Ridge berupa garis berkelok, namun cenderung lurus dari utara ke selatan terjadi materi naik. Di bawah terjadi material mantel yang naik untuk menggantikan ruang yang ditinggalkan lempeng yang bergerak saling menjauh tersebut.
Asumsi konvensional, pergerakan ini karena gaya gravitasi saat bagian yang lebih padat dari lempeng tenggelam kembali ke bumi. Namun, kekuatan pendorong di balik pemisahan lempeng tersebut tidak ada karena tidak ada lempeng yang padat serta tenggelam.
Hasil penelitian University of Southampton yang dipublikasikan jurnal Nature tersebut membuktikan adanya upwelling atau naiknya materi dari lapisan mantel, pada kedalaman lebih dari 600 kilometer di bawah Mid Atlantic Ridge.
"Suhu yang lebih panas dari zona transisi kemungkinan terjadinya upwelling batuan panas dari mantel bawah bumi ke mantel atasnya yang secara aktif mendorong lempeng-lempeng itu terpisah," kata penulis utama penelitian Universitas Tre Roma di Italia, Matthew Agius.

Salah Duga
Para peneliti sebelumnya menduga bahwa lempeng-lempeng menyimpang satu sama lain karena adanya tarikan di zona subduksi. Atau terjadi tabrakan lempeng di mana satu lempengtenggelam di bawah yang lain. Namun ternyata di tempat tersebut tidak ditemukan zona seperti itu.
Penelitian memberikan pemahaman yang lebih besar tentang lempeng tektonik penyebab banyak bencana alam di seluruh dunia. Dalam teori tektonik, bencana umumnya berupa gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.
Hasil penelitian pada Mid Atlantic Ridge membantu ilmuwan mengembangkan model dan sistem peringatan yang lebih baik untuk bencana alam, lempeng tektonik juga berdampak pada permukaan laut, dan karenanya mempengaruhi perkiraan perubahan iklim dalam skala waktu geologi.
Peneliti lain dari Universitas Southampton, Kate Rychert mengungkapkan, "Kasus tersebut sama sekali tidak terduga yang memiliki implikasi luas akan pemahaman tentang evolusi dan kelayakhunian bumi. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya mengumpulkan data baru dari lautan. Masih banyak lagi yang bisa dijelajahi," ujar dia.
Hasil penelitian dapat menjadi patahan bagi asumsi lama yang menyebutkan pegunungan di tengah laut memainkan peran pasif dalam lempeng tektonik. Pegunungan bawah laut semacam Mid Atlantic Ridge dapat memainkan peran penting dalam mendorong aktivitas lempeng.
Agius memaparkan, sebelumnya, para ilmuwan mengira bahwa sebagian besar benua ditarik terpisah saat lempeng di bawah laut bergerak ke arah berlawanan dan menabrak lempeng lain, terlipat karena gaya gravitasi. Tetapi studi baru tadi menunjukkan bukanlah gambaran keseluruhan.
"Penemuan" ini menambah sepotong teka-teki menuju pemahaman aliran di mantel bumi," kata Jeroen Ritsema, seorang profesor di departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan Universitas Michigan, AS, yang bukan bagian dari penelitian kepada Live Science.
Meskipun analisis mereka sangat baik, penelitian memiliki ruang lingkup terbatas. Mereka hanya melihat sebagian kecil dasar laut Atlantik. Jadi tidak jelas apakah temuan mereka benar di sepanjang Mid Atlantic Ridge, bahkan di punggungan tengah samudera lainnya.
"Sulit untuk menyimpulkan aliran batuan skala global di mantel bumi hanya dari satu sudut pandang," kata Ritsema. "Ini seperti mengintip melalui lubang kunci dan mencoba mencari tahu furnitur apa yang ada di ruang tamu, dapur, dan kamar tidur lantai atas," kata dia.

hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top