Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pers Era Digital

Sabar dan Jeli Kunci Hadapi Media Massa

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Walikota Bogor, Bima Arya. Sugiarto menceritakan pengalamannya, berhadapan dengan media, selama menjadi pejabat publik. Bima mengaku harus banyak sabar dan jeli melihat isu-isu yang ditampilkan media massa.

Hal tersebut diungkapkan Bima saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema 'Peranan Pers Pada Era Digital Dalam Mendukung Pembangunan Daerah' yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Selasa (22/1).

Menurut Bima, ketika dirinya masih menjadi pengamat dan banyak dimintai pendapat, merupakan masa-masa terindah dalam hidupnya. Karena apa yang diomongkan dirinya ketika menjadi pengamat, selalu dianggap benar. Sangat berbeda ketika dirinya menjadi pejabat publik, merasa selalu disalahkan orang. Namun ada satu persamaan antara pejabat dan pengamat.

"Pengamat harus tahu mana statemen yang diinginkan orang dan mana statemen yang diperlukan orang. Ketika bicara yang diinginkan orang, kita jadi populer, tetapi ketika bicara apa yang diperlukan orang, bisa ada yang kecewa dan senang," kata Bima.

Namun, saat menjadi kepala daerah pun juga sama. Harus tahu mana program yang diperlukan masyarakat dan mana program yang diinginkan orang.

"Karena kalau tidak bisa membedakan akan terjebak dengan quick win. Kalau kita fokus pada quick win, bisa bagus tapi bisa berbahaya, kalau ternyata program yang diusung ternyata bukan yang diperlukan warga," kata Bima.

Karena itu, dirinya selalu berhati hati ketika memberikan jawaban ketika ditanya program 100 hari atau setahun menjabat. "Karena dapat terjebak ke politik kosmetik," tukas Bima. Pihaknya pun juga melihat media selalu mempunyai angle yang tidak terpikirkan ketika meliput kegiatan dirinya.

"Seperti pagi-pagi datang ke rumah dinas, kasak kusuk mau lihat rak sepatu saya, saya tanya, buat apa, katanya buat berita, mau tahu, ada berapa sepatu olahraga, sepatu kets dan sepatu formal saya. Jadi benar-benar angle yang tidak terpikirkan," kata Bima.

Sementara itu Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo menilai, perkembangan teknologi telah merubah orang. "Dulu kalau mau dapat informasi, orang harus berlangganan sekarang informasi berlimpah, sampai kita tidak tahu apakah informasi itu benar atau hoax," tukas Yosep.

Contoh berita hoaks ketika dirinya mendapat pesan WA dari kawannya, yang menyebut Kyai Ma'ruf Amin mengompol ketika acara debat berlangsung.

"Padahal saya duduk hanya beda lima meter dan tidak lihat ada kejadian itu. Tapi berita itu sudah terlanjur dibuat salah satu portal yang namanya mirip salah satu kementerian. Saya tanya kementerian itu, bukan miliknya," ujar Yosep.

eko/AR-3

Komentar

Komentar
()

Top