Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Vaksin Covid-19 I Lancet: Vaksin Russia Miliki Efektivitas 91,6 Persen

Russia Naikkan Produksi Sputnik V

Foto : AFP/Russian Direct Investment Fund

Vaksin Russia l Dua ampul vaksin Sputnik V diperlihatkan pihak Russian Direct Investment Fund beberapa waktu lalu. Vaksin yang dikembangkan Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology menurut jurnal medis Lancet edisi Selasa (2/2) memiliki tingkat efektivitas sebesar 91,6 persen.

A   A   A   Pengaturan Font

MOSKWA - Juru bicara pemerintah Russia, Dmitry Peskov, pada Rabu (3/2) menyatakan bahwa negaranya akan meningkatkan produksi vaksin virus korona buatan dalam negerinya yaitu Sputnik V, di negara-negara asing.

"Dalam waktu dekat ada rencana untuk memproduksinya di luar negeri demi memenuhi kebutuhan di banyak negara lain," kata Peskov.

Pernyataan Peskov itu dilontarkan setelah jurnal medis Lancet melaporkan bahwa setelah keluar hasil uji coba tahap final (fase 3), vaksin Sputnik V dinyatakan aman dan memiliki tingkat keefektifan melawan Covid-19 hingga 91,6 persen.

Dengan keluarnya hasil itu berarti Sputnik V masuk dalam jajaran vaksin Covid-19 yang memiliki tingkat keefektifan diatas 90 persen setelah sebelumnya diisi oleh vaksin buatan Pfizer/BioNTech (95 persen) dan vaksin buatan Moderna (94,1 persen).

Laporan Lancet terkait vaksin Sputnik V itu segera ditanggapi negara-negara Eropa seperti Spanyol dan Jerman. Kanselir Angela Merkel pada Selasa (2/2) menyatakan bahwa ia menyambut baik penggunaan seluruh vaksin, baik itu vaksin dari Barat maupun dari Russia, setelah vaksin-vaksin itu mendapatkan persetujuan dari regulator. Merkel juga menyatakan dirinya telah berbincang dengan Presiden Vladimir Putin terkait vaksinasi dengan Sputnik V.

Pernyataan Kanselir Merkel itu diutarakan setelah munculnya kemarahan di negara-negara anggota UE yang mengecam lambannya pemerintah dalam memulai kampanye vaksinasi.

Russia sendiri telah menyetujui penggunaan vaksin Sputnik V beberapa bulan lalu sebelum hasil tingkat efektivitas pada tahap akhir uji klinis dipublikasikan. Bulan lalu, Russia telah mengajukan pendaftaran Sputnik V di Uni Eropa melalui European Medicines Agency (EMA).

Miliki Keunggulan

Selain di Russia, vaksin Sputnik V saat ini juga telah dipergunakan dalam program vaksinasi Covid-19 di 16 negara termasuk di sejumlah negara republik bekas Soviet serta di Venezuela, Iran, Korea Selatan, Argentina, Algeria, Tunisia dan Pakistan.

Vaksin Sputnik V ini memiliki keunggulan karena selain harganya yang relatif lebih murah, juga karena vaksin ini bisa disimpan di lemari pendingin biasa tak seperti vaksin-vaksin lain yang memerlukan penyimpanan di temperatur dibawah titik beku.

Berdasarkan data analisis terbaru terhadap 20 ribu partisipan uji coba fase 3 yang dipublikasikan jurnal medis Lancet menyatakan bahwa dua dosis vaksin Sputnik V telah memberikan tingkat keampuhan lebih dari 90 persen terhadap kasus Covid-19 tanpa gejala.

"Pengembangan vaksin Sputnik V telah menuai kritik karena dibuat secara tergesa-gesa, mengambil jalan pintas, serta tidak adanya transparansi," demikian bunyi komentar bersama dari Ian Jones dari University of Reading dan Polly Roy dari London School of Hygiene and Tropical Medicine. "Namun saat ini dari hasil yang dilaporkan kini telah memiliki kejelasan dan ada bukti ilmiah dari vaksinasi, yang berarti kini vaksin lain yang bisa dipergunakan untuk mengurangi munculnya kasus Covid-19," imbuh mereka.

Dalam laporannya, Lancet juga menulis bahwa selama percobaan pada September hingga November di 25 rumah sakit dan poliklinik di Moskwa, vaksin Sputnik V tidak menunjukkan adanya efek samping serius yang dianggap terkait dengan vaksinasi.

Vaksin Sputnik V menggunakan dua galur (strain) adenovirus yang berbeda untuk setiap dosisnya dan kedua virus ini telah dilemahkan. Adenovirus adalah virus yang menyebabkan infeksi flu yang lazim diderita setiap orang.

Pihak pengembang vaksin ini yaitu Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, mengatakan penggunaan dua galur adenovirus yang berbeda bertujuan untuk meminimalkan risiko sistem kekebalan mengembangkan resistansi terhadap vektor (pemberian dosis) awal, sehingga dapat membantu menciptakan respons yang lebih kuat.AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top