Rupiah Menguat, Analis: Surplus Neraca Perdagangan RI Beri Sentimen Positif
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022).
Foto: ANTARA/Muhammad AdimajaJAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (20/11) pagi menguat sebesar 0,57 persen atau 89 poin menjadi Rp15.404 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.493 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 sebesar 3,48 miliar dolar AS memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Potensi penguatan ke arah Rp15.400 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp15.500 untuk hari ini," kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Senin (20/11).
- Baca Juga: Program MBG Pacu Ekonomi Daerah
- Baca Juga: Transisi Energi Perlu Berlangsung Secara Adil dan Terarah
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2022 (year on year/yoy).
Di sisi lain, Ariston menganggap rupiah akan menguat karena dipengaruhi faktor eksternal dari laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secaramonth to month(MoM), danyear on year(YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen. Adapun data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.
"Dengan angka inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya, ini memperbesar ekspektasi peluang pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat. Indeks dolar AS terlihat bergerak di kisaran 103,80 pagi ini setelah pekan lalu bergerak di atas 104. Di sisi lain, sebagian petinggi Bank Sentral AS yang memberikan pernyataan soal kebijakan moneter AS pekan lalu, mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa inflasi bakal turun cepat ke target 2 persen, sehingga AS masih memerlukan kebijakan suku bunga tinggi saat ini," ungkapnya.
Hingga saat ini, tidak ada data AS yang penting. Pasar menunggu rilis notulen rapat Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (22/11) dinihari untuk mencari petunjuk soal kebijakan suku bunga tinggi The Fed ke depan.
- Baca Juga: Daya Beli Turun
- Baca Juga: Rehabilitasi Irigasi Pacu Produksi Pertanian
Redaktur: Sriyono
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024
- 4 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 5 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
Berita Terkini
- Wamensos Sebut Instrumen untuk Makan Bergizi Gratis Sudah Kuat
- BGN Sebut Hasil Uji Coba Makan Bergizi Gratis Dievaluasi Secara Berkala
- Ini Klasemen Liga Inggris: Liverpool Naik Puncak, Forest Tembus Tiga Besar
- Tindak Tegas, Polda Sumut Sita 55,95 Kg Sabu-sabu
- Arah Pembangunan Pusat dan Daerah Harus Selaras