Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Rupiah Makin Terdepresiasi Setelah Neraca Perdagangan RI Catat Surplus terendah

Foto : ANTARA/Reno Esnir

Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA -Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolLar AS pada awal pekan, turun setelah rilis data neraca perdagangan RI yang mencatat surplus terendah sejak Mei 2023.

Pada awal perdagangan Senin (18/3) pagi, rupiah dibuka melemah 45 poin atau 0,29 persen menjadi Rp15.644 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.599 per dolar AS.

"Rupiah semakin terdepresiasi setelah neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus terendah sejak Mei 2023," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Senin (18/3).

Baca Juga :
Berpeluang Melemah
Surplus perdagangan pada Februari 2024 menyempit menjadi 0,9 miliar dolar AS dari 2 miliar dolar AS pada Januari 2024.

Surplus yang lebih rendah terutama disebabkan oleh penurunan ekspor ke Tiongkok di tengah libur nasional di Tiongkok, dan solidnya impor minyak atau gas dan beras.

Surplus yang lebih rendah menimbulkan kekhawatiran terhadap melebarnya defisit transaksi berjalan.

Pekan lalu, rata-rata harian volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat Rp29,10 triliun, meningkat dibandingkan pekan sebelumnya yang mencatat rata-rata Rp17,30 triliun. Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia turun Rp1,36 triliun menjadi Rp819 triliun atau sebesar 14,18 persen dari total outstanding pada 16 Maret 2024.

Dalam pekan ini, investor akan mencermati keputusan bank sentral global antara lain Bank of Japan (BoJ), People's Bank of China (PBoC), Bank Indonesia, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve, dan Bank of England (BoE) terkait arah suku bunga kebijakan bank sentral.

Di sisi lain, keyakinan investor terhadap penurunan suku bunga kebijakan Fed pada Juni 2024 cenderung menurun meskipun data ekonomi AS, yang dirilis pada Jumat, cenderung lebih rendah dari perkiraan.

Salah satu indikator manufaktur, Empire Manufacturing pada Maret 2024 turun menjadi -20,9 dari -2,4, terkontraksi lebih dalam dari perkiraan -7,0. Data tersebut mengindikasikan kondisi manufaktur yang lebih rendah di New York.

Saat ini, kemungkinan penurunan suku bunga pada Juni 2024 turun menjadi 50,4 persen.

Josua memperkirakan kurs rupiah akan berada di rentang Rp15.575 per dolar AS sampai dengan Rp15.675 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top