Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Persenjataan

Roket Telah Digunakan Secara Luas di Era Tiongkok Kuno

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Lalu muncullah istilah roket yang berarti panah api. Kedua kata ini mengacu pada bahan mudah terbakar yang ditempelkan pada ujung bawah anak panah, yang terutama digunakan sebagai senjata untuk menyalakan api.

Pada akhir abad ke-10 pada masa Dinasti Song yang berkuasa antara 960 hingga 1279, bangsa Tiongkok telah mengadaptasi bubuk mesiu menjadi roket. Untuk membuat panah seperti itu, pertama-tama dibuat tabung, kemudian bubuk mesiu dimasukkan ke dalamnya. Lalu ditempelkan pada anak panah untuk diluncurkan dengan busur.

LamanChina Culturemenyebut, roket pertama dan paling primitif dalam sejarah umat manusia tersebut kemudian mengalami perbaikan, dan perbaikan pertama dilakukan pada panah. Misalnya bubuk mesiu langsung terbawa ke dalam anak panah dan suara gemuruh ledakan mesiu dapat membuat musuh ketakutan.

Roket kuno selanjutnya terdiri dari empat bagian, mata panah, laras panah, bulu panah, dan tabung mesiu. Tabung mesiu yang sebagian besar terbuat dari tabung bambu atau kertas karton ini diisi dengan bubuk mesiu, salah satu ujungnya tertutup dan ujung lainnya terbuka. Sebuah lubang kecil tersisa untuk sumbu peledakan. Saat dinyalakan, bubuk mesiu akan terbakar di dalam tabung, menghasilkan sejumlah besar gas, yang jika ditembakkan ke belakang dengan kecepatan tinggi, akan menghasilkan gaya dorong ke depan yang sangat besar. Roket ini diyakini sebagai bentuk embrio roket modern.

Tabung mesiu sebanding dengan sistem penggerak modern, dan mata panah yang tajam, dengan kekuatan penghancurnya yang menusuk lebih baik dibandingkan dengan hulu ledak roket modern. Meskipun bulu membantu menstabilkan anak panah, sama seperti sistem penstabil modern dengan larasnya mirip dengan bagian badan roket modern.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top