Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Riwayat Penerbangan Pertama di Indonesia

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Penerbangan pertama di Indonesia terjadi pada masa penjajahan Belanda hanya berselang 8 tahun setelah penerbangan Wright bersaudara dilakukan. Penerbangan dengan pesawat Antoinette itu dipiloti oleh Gijs Kuller yang dilakukan pada 1911 di Surabaya.

Awal abad ke-20 adalah era perintis penerbangan. Setelah Wright berhasil terbang untuk pertama kali pada pukul 10.35 pagi tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, North Carolina, Amerika Serikat, dunia penerbangan berkembang sangat pesat.
Selanjutnya, Louis Blériot, pada 25 Juli 1909 untuk pertama kalinya terbang melintasi Selat Inggris dari Les Barraques di Prancis menuju Dover, di Inggris. Pada tahun yang sama, seorang Prancis bernama Charles de Lambert melakukan penerbangan pertama di atas Belanda.
Setelah 7 tahun dari penerbangan pertama di dunia dan setahun setelah penerbangan pertama di Belanda, negeri jajahan Hindia Belanda sudah dilakukan penerbangan pertama. Surat kabar De Sumatra Post pada 27 Oktober 1910 menulis judul Kuller naar Indie yang artinya Kuller ke Hindia, dengan sub judul De bekende Hollandse aviatur vertrek yang artinya keberangkatan aviator Belanda yang terkenal.
Lebih jauh De Sumatra Post menyatakan bahwa Kuller akan datang ke Hindia Belanda pada tahun berikutnya. Dia sebelumnya adalah orang Belanda pertama yang melakukan penerbangan bermesin, jadi dia sudah menjadi orang Belanda yang terkenal. "Untuk demonstrasi terbang yang berlangsung beberapa hari, Kuller meminta imbalan sebesar 40.000 gulden dan penggantian biaya-biaya," tulis De Sumatra Post edisi 18 Januari 1911. Dana jaminan tersebut didapat dari setiap kota yang ingin melihat penampilan Kuller terbang.
Pada Februari 1911, dana jaminan bagi Kuller berhasil terkumpul di Surabaya. Di kota ini, terkumpul sebanyak 15.000 gulden dan kekurangan dana sisanya didapat dari penjualan tiket masuk. Ya, penonton memang harus membayar untuk melihat secara langsung pesawat terbang mengudara sebagai pertunjukannya.
Akhirnya Kuller tiba di Hindia pada awal Maret 1911 dengan menggunakan kapal laut karena penerbangan langsung belum dimungkinkan saat itu. Penerbangan dari Amsterdam, Belanda, ke Batavia, baru terealisasi pada 1 Oktober 1924 dengan pesawat Fokker KLM setelah beberapa kali transit.
Penerbangan di Surabaya berlangsung bersamaan dengan acara Kongres Gula (Suiker Congres), sebuah acara besar yang diselenggarakan oleh industri gula. Di kota ini, persiapan bagi atraksi terbang pesawat Antoinette masih harus banyak dilakukan karena belum tersedianya bandara.
"Penerbang harus diberi ruang yang cukup untuk mendarat dengan aman dan karena itu ruangnya luas. Sampai jarak tertentu dari lapangan, semua benda yang menonjol seperti pohon dan lain-lain, harus dipindahkan dari lapangan. Kedua tembok tanah, yang saat ini berfungsi sebagai tegakan di lapangan sepak bola, harus dihancurkan, pohon-pohon ditebang, pagar, tiang gawang dan lain-lain, disingkirkan. Jadi tidak akan ada sepak bola untuk beberapa waktu," tulis media Het Nieuws van den Dag edisi 7 Maret 1911.
Terlepas dari kenyataan bahwa lapangan milik klub sepak bola Thor harus membuka jalan untuk atraksi terbang itu, akhirnya sebuah bandara berhasil dibangun, dan pada Sabtu, 18 Maret 1911, waktunya telah tiba bagi penerbangan bertenaga pertama di Hindia Belanda.

Atraksi
Sementara itu surat kabar The News of the Day for the Dutch East Indies menulis secara ekstensif tentang hal itu pada edisi Senin (19 Maret 1911).
"(Dengan) sangat tenang, Kuller kemudian maju ke depan dan membiarkan dirinya didorong oleh mekaniknya untuk masuk ke dalam pesawat. Dia melihat sekeliling untuk beberapa saat lebih lama, tetapi kemudian perintah yang menentukan terdengar: Kontak!" tulis surat kabar itu.
Ross Smith saudaranya yang bertindak sebagai mekanik menyentakkan bilah baling-baling dengan sigap. Mesin hidup sejenak, tetapi tidak cukup lama. Mekanik itu kembali menyentakkan baling-baling untuk kedua kalinya, dan kemudian tiba-tiba terjadi obrolan. Itu hanya berlangsung sebentar, beberapa saat kemudian pesawat meluncur melintasi landasan berumput dengan kecepatan luar biasa.
Sepertinya ban roda yang terbuat dari caoutchouc (karet alam) yang tebal, hampir tidak menyentuh tanah, burung raksasa itu terbang dengan sangat ringan. Dan tiba-tiba terdengar dari mulut hampir semua orang bersorak, dan perangkat ramping itu kemudian terlihat melayang ke atas dengan keanggunan yang luar biasa, terpisah dari tanah datar.
Setelah terbang, Kuller segera membuat manuver tikungan ke kanan dan kemudian tikungan yang agak curam ke kiri. Seluruh pesawat kemudian dapat dilihat dari atas, karena terletak miring di tikungan. Dia kemudian segera memimpin manuver pendaratan dan mendarat di landasan. Selanjutnya ia melanjutkan dengan kecepatannya ke tempat yang hampir sama saat pesawat dilepaskan.
Kuller kemudian mendapat penghormatan dengan sorak-sorai penuh antusias. Semua memeluknya dengan hangat dan semua hati bergejolak dengan emosi pada hasil yang sukses dari uji terbang pertama ini. Hari itu adalah hari besar bagi Hindia Belanda, karena untuk pertama kali pesawat terbang ke wilayah jajahan.
Setelah penerbangan pendek pertama itu, dilanjutkan dengan dua penerbangan yang sedikit lebih lama di atas Surabaya pada hari yang sama. Sedangkan pada hari berikutnya, demonstrasi terbang terjadi selama Kongres Gula.
n hay/I-1

Demonstrasi Terbang Berbayar Dilakukan Hingga Malaysia

Setelah penerbangan pertama di Surabaya dilakukan, Gijs Kuller kemudian melanjutkan turnya di Hindia Belanda ke kota-kota lain. penerbangan kedua dilakukan di Semarang pada tanggal 1 sampai 3 April menurut laporan Preanger-bode edisi 3 April 1911. Selanjutnya ia melanjutkan penerbangan ke Yogyakarta.
Kuller juga membawa seorang penumpang ke sana dalam salah satu penerbangannya. "Fredi Dom, putra Tuan Dom yang berusia 7 tahun, administratur Pabrik Gula Tjebongan (Cebongan). Ketika Tuan Dom sendiri akan terbang pada penerbangan berikutnya, "pesawatnya ternyata terlalu berat," tulis Preanger-bode edisi 19 April 1911.
Kuller rencananya akan terbang ke Bandoeng (Bandung) pada 21, 22 dan 23 April, dan kemudian juga di Batavia. Namun, karena wabah kolera, pemerintah memutuskan untuk membatalkan kedua demonstrasi tersebut.
Peristiwa besar semacam itu dengan banyak penonton yang berkerumun akan menyebabkan penyebaran penyakit menular yang jauh lebih cepat. "Seluruh persiapan, deposit, perjalanan kereta ekstra, menyiapkan bandara, dan banyak lagi adalah tenaga kerja yang terbuang sia-sia," tulis Preanger-bode edisi 26 April 1911.
Kuller lalu melanjutkan perjalanan ke Medan. Pada tanggal 9 Mei 1911, ia tiba di pelabuhan Belawan dengan kapal KPM Rumphius. Lintasan pacuan kuda Medan diubah menjadi lapangan terbang, dan sekolah berkuda menjadi hanggar terbang. Hanggar itu tentu diperlukan, karena pesawat Antoinette selalu diangkut ke kota berikutnya dalam beberapa bagian, setelah itu mekanik harus merakit kembali pesawat.
Antara Senin 15 Mei dan Minggu 21 Mei, Kuller melakukan beberapa penerbangan di Medan. De Sumatra Post menulis, "Pesawat ramping itu sangat indah di langit biru. Itu besar. Sekali lagi keriuhan dan setelah pendaratan, massa menyerbu Kuller untuk mengucapkan selamat,".
Setelah demonstrasi di Medan, Kuller berangkat ke Penang di Straits Settlements (sekarang Malaysia) dan kemudian ke Kwala Loempoer (Kuala Lumpur) di Federasi Serikat Melayu yang sekarang bernama Malaysia. Setelah demonstrasi di koloni Inggris, Kuller kembali ke Hindia Belanda untuk atraksi terbang di Batavia.
Pada 31 Juli, ia melakukan dua penerbangan, di bawah pengawasan Gubernur Jenderal AWF Idenburg. Sama seperti di Medan, lintasan pacuan kuda di Batavia diubah menjadi bandara. Lokasinya yaitu di situs Batavia Buitenzorg Race Sociëteit di Koningsplein, berada di tengah Weltevreden, sekarang bernama Medan Merdeka di Jakarta Pusat.
Rencananya pada 2, 3, dan 5 Agustus 1911 dilakukan penerbangan lanjutan. Sayangnya sayap pesawat patah saat mendarat pada hari terakhir itu. Oleh karena itu, atraksi terbang terakhir pada 6 Agustus 1911 akhirnya dibatalkan. Pada 12 Agustus upaya lain dilakukan, tetapi itu juga gagal karena pesawat tersangkut di pagar. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top