Minggu, 22 Des 2024, 15:00 WIB

Riset Ungkap Musik Bisa Mengubah Cara Kita Mengingat Kenangan Masa Lalu

Musik dapat mengubah perasaanmu terhadap masa lalu.

Foto: The Conversation

Yiren Ren, Georgia Institute of Technology

Pernahkah kamu menyadari bagaimana sebuah lagu bisa membangkitkan banyak kenangan atau memori di masa lalu? Mungkin lagu itu yang mengiringi dansa pertamamu, atau yang menemanimu dalam perjalanan tak terlupakan.

Orang sering menganggap kenangan yang terhubung lewat musik ini sebagai potret masa lalu. Namun, penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa musik ternyata tidak hanya membangkitkan kenangan, tetapi juga dapat mengubah cara kamu mengingat kenangan tersebut.

Saya adalah peneliti psikologi di Georgia Institute of Technology. Bersama mentor saya, Thackery Brown dan para ahli musik dari University of Colorado Boulder, Sophia Mehdizadeh dan Grace Leslie, kami melakukan sebuah penelitian yang mengungkap hubungan menarik antara musik, emosi, dan memori.

Secara spesifik, temuan kami mengungkapkan bahwa mendengarkan musik dapat mengubah perasaan terhadap memori lama yang masih melekat. Temuan ini berpotensi menawarkan cara baru untuk membantu orang mengatasi kenangan yang buruk di masa-masa sulit.

Musik, cerita, dan kenangan

Saat kamu mendengarkan musik, sebenarnya bukan hanya indra pendengaranmu yang terlibat. Area otak yang mengatur emosi dan ingatan juga turut aktif. Ada hippocampus, yang perannya sangat penting dalam menyimpan dan memutar kembali kenangan, serta bekerja bersama amigdala si pusat emosi otak.  

Keterkaitan antara pusat emosi dan memori inilah yang membuat sebuah lagu tidak hanya mudah diingat, tetapi juga terasa sangat emosional.

Meskipun sudah banyak orang yang tahu bahwa musik bisa membangkitkan emosi dan memicu kenangan, kami penasaran, apakah musik juga bisa mengubah muatan emosional dari kenangan tersebut? Hipotesis kami berangkat dari konsep reaktivasi memori—gagasan bahwa kenangan bersifat lentur saat diingat kembali sehingga memungkinkan kamu menyerap informasi baru.

Kami merancang eksperimen selama tiga hari untuk menguji apakah saat mengingat sebuah kenangan, musik yang didengar bisa menambahkan muatan emosional baru terhadap kenangan aslinya.

Pada hari pertama, kami meminta peserta eksperimen menghafal cerita-cerita pendek yang secara emosional bersifat netral. Keesokan harinya, kami mengajak mereka mengingat kembali cerita-cerita tersebut sambil mendengarkan musik positif, musik negatif, ataupun keheningan. Kami juga mulai merekam aktivitas otak peserta menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI), alat pemindai untuk mengukur aktivitas otak dengan mendeteksi perubahan aliran darah.

Di hari terakhir, kami meminta mereka mengulang kembali cerita-cerita itu tanpa musik sama sekali.

Pendekatan kami mirip cara soundtrack film mengubah persepsi penonton saat melihat sebuah adegan. Dalam hal ini, kami menguji bagaimana musik dapat mengubah kenangan asli peserta terhadap sebuah kejadian.

Hasilnya sangat menarik. Ketika peserta mendengarkan musik emosional sembari mengingat cerita netral, mereka cenderung menambahkan elemen emosional baru yang sesuai dengan suasana musik tersebut. Misalnya, cerita netral yang didengar dengan musik positif akan diingat positif, bahkan setelah musik tersebut berhenti diputar.

Lebih menarik lagi, hasil pemindaian otak menunjukkan ketika peserta mengingat cerita sambil mendengarkan musik, ada peningkatan aktivitas di amigdala dan hippocampus—area otak yang mengatur pemrosesan memori emosional.

Jadi, tak heran jika lagu yang terkait dengan peristiwa penting dalam hidup terasa begitu merasuk. Sebab, lagu itu mengaktifkan kedua wilayah otak yang mengatur emosi dan memori kita secara bersamaan.

Kami juga melihat bukti kuatnya hubungan antara bagian otak yang mengolah memori emosional dengan bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan sensoris visual. Ini menunjukkan bahwa musik mungkin bisa menyisipkan detail emosional ke dalam kenangan saat peserta membayangkan cerita-cerita tersebut secara visual.

Musik bisa mengubah kenangan

Temuan kami menunjukkan bahwa musik bertindak sebagai penghubung emosional—yang terjalin erat dengan kenangan dan secara halus mengubah bentuk perasaan terhadap memori tersebut. Kenangan ternyata lebih fleksibel daripada yang diperkirakan sebelumnya dan bisa dipengaruhi oleh bunyi-bunyi eksternal saat kamu mengingatnya kembali.

Meskipun dibutuhkan penelitian lanjutan, temuan kami memiliki potensi dampak yang besar bagi kehidupan sehari-hari maupun pengobatan medis.

Bagi orang dengan kondisi mental, seperti depresi atau post traumatic stress disorder (PTSD)—yang sangat terbebani dengan kenangan buruk—pemilihan musik yang tepat mungkin bisa membantu mengubah cara pandang mereka terhadap memori tersebut sehingga menjadi lebih positif, seiring waktu juga berpotensi mengurangi dampak emosionalnya. Ini juga membuka peluang baru untuk menjajaki perawatan berbasis musik  dalam pengobatan depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya.

Penelitian kami juga menyoroti kuatnya pengaruh soundtrack yang kamu pilih dalam hidup. Kenangan, seperti halnya lagu favorit kamu, ternyata bisa diaransemen ulang dan disempurnakan menggunakan musik.

Musik yang kamu dengarkan saat mengenang atau menjalani rutinitas harian tanpa disadari mungkin telah membentuk caramu mengingat pengalaman tertentu di masa mendatang. Jadi, ketika kamu mendengarkan playlist lagu favorit, ingat bahwa musik tersebut tidak hanya bisa memengaruhi suasana hatimu di saat itu, tapi juga kenanganmu di masa depan.The Conversation

Yiren Ren, Adjunct Researcher in Cognitive Brain Science, Georgia Institute of Technology

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Redaktur: -

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan: