Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana di Sulteng - Warga Donggala Meminta-minta di Pinggir Jalan Raya

Ribuan Warga Antre Tinggalkan Palu

Foto : ANTARA/Muhammad Adimaja

Kapal Terdampar - Kapal Sabuk Nusantara 39 yang terdampar ke daratan akibat gempa dan tsunami di Desa Wani, pantai barat Donggala, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). BNPB melaporkan guncangan gempa di Donggala dirasakan lebih kuat dibanding di Palu. Bahkan, tsunami di pesisir Donggala mencapai tujuh meter.

A   A   A   Pengaturan Font

PALU - Sedikitnya 1.500 orang antre di Bandara Mutiara Sis Aljufri untuk menanti giliran evakuasi ke luar Kota Palu, Sulawesi Tengah, dengan pesawat-pesawat Hercules TNI. Mereka, baik anakanak maupun dewasa, rela berjemur di bawah terik panas matahari untuk berbaris di apron bandara guna mendapat giliran naik ke dua pesawat Hercules yang baru mendarat.

Beberapa ibu tampak sempat pingsan karena kepanasan dan kehausan sehingga perlu mendapat pertolongan anggota TNI yang berjaga-jaga di lokasi bandara. Sementara itu, di luar bandara, tampak ratusan warga lainnya antre mendaftarkan diri untuk menumpang pesawat Hercules ke luar dari Kota Palu.

"Saya dari Kelurahan Nunu, Kota Palu, sudah dua hari berada di sini untuk menunggu giliran naik pesawat Hercules untuk kembali ke Jawa Tmur bersama suami dan anak-anak, namun belum juga mendapat kesempatan," ujar Nunik, seorang warga Sidoarjo di halaman Bandara Mutiara Sis Aljufri, Palu, Senin (1/10).

Selain pesawat, pemerintah juga menyediakan kapal Pelni untuk mengangkut warga keluar Palu di Pelabuhan Pantoloan. Selain KM Lambelu tujuan Makassar dan Jawa lewat Tarakan, hari ini (Selasa, 2/10) tiba KM Bukit Siguntang dengan tujuan Balikpapan, Makassar, dan Surabaya. Bahkan, untuk mengangkut warga dari Kota Palu ke Pelabuhan Pantoloan sejauh 25 kilometer, pemerintah menyediakan bus Damri.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan evakuasai 114 warga negara asing (WNA) dari Palu dan Donggala dikoordinir oleh Kementerian Luar Negeri. "Untuk WNA asal Belgia, satu orang sudah dievakuasi ke Jakarta, satu orang masih belum diketahui keberadaannya.

Satu WNA asal Korea Selatan, kondisi belum diketahui (diduga posisi di Hotel Roa-Roa di Palu yang runtuh karena gempa), enam WNA asal Prancis, kondisi belum diketahui," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. Menurut BNPB, hingga Senin pukul 13.00 WIB, jumlah warga Palu yang meninggal dunia sebanyak 844 orang.

"Rencana lokasi pemakaman massal disiapkan di TPU Paboya Kota Palu. Sudah disiapkan seribu kantong mayat, penggalian sudah dilakukan dan prosesi pemakaman sesuai dengan yang lazim dilakukan," katanya. Presiden Joko Widodo menegaskan tidak perlu mempermasalahkan sesuatu yang tidak substansial dalam situasi darurat bencana seperti sekarang ini.

Presiden juga mengungkapkan tidak menemukan peristiwa penjarahan saat mengunjungi Palu, Minggu (30/9). "Saya tidak melihat di lapangan seperti itu. Karena toko-toko itu pun tutup," ujar Jokowi di Monumen Pancasila Sakti, Kompleks Lubang Buaya, Jakarta Timur, Senin. Sedangkan warga Palu yang memilih menetap, meminta agar publik tidak menyebutnya sebagai penjarah.

"Kami tidak menjarah, tapi hanya berupaya bertahan hidup sebab sangat membutuhkan makanan dan air minum," ujar Darmen, warga kampung nelayan Palu, saat antre bensin di SPBU. Ia mengaku, hingga tiga hari pascagempa belum makan nasi bahkan tidak memiliki pakaian ganti. "Beruntung, putri saya satu-satunya selamat meski kami tidak lagi memiliki rumah dan harta benda," ujarnya.

Warga Donggala

Diperoleh laporan, sejumlah tim gabungan telah berhasil menembus wilayah Donggala. Namun, dari pantauan sepanjang jalur Pasangkayu Sulawesi Barat menuju Donggala, sebagian warga, khususnya yang tinggal di kawasan pesisir terlihat membuat tenda di samping rumahnya. Warga yang ditemui mengaku lebih tenang jika tidur di dalam tenda dibanding di dalam rumah, karena khawatir terjadi lagi gempa dan tsunami.

"Walaupun rumah saya tidak terlalu parah dan masih bisa ditempati, tapi saya lebih tenang tidur di dalam tenda karena khawatir terjadi lagi gempa dan tsunami," kata Wiah, seorang warga Donggala. Di beberapa titik sebelum memasuki wilayah Kota Donggala, warga terlihat berdiri di pinggir jalan meminta bantuan dari setiap pengendara yang melintas.

Bahkan, beberapa warga juga terlihat membangun tenda-tenda di dataran yang tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami. Sementara itu, kerusakan akibat gempa dan tsunami juga terlihat dengan retakan jalan di beberapa titik, sebelum memasuki kawasan kota Donggala. Sejumlah tiang listrik pada sisi kanan jalur Pasangkayu-Donggala itu juga terlihat nyaris roboh.

Ant/eko/AR-2

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top