Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanaman Modal

RI Masih Jajaki Mitra Kembangkan Proyek Baterai Kendaraan Listrik

Foto : RONNY HARTMANN/AFP

Perakitan mobil listrik di Jerman

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik mengaku masih melakukan sejumlah negosiasi dengan beberapa calon mitra untuk menggarap proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia, termasuk satu di antaranya Tesla, perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat.

Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Agus Tjahajana, dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/2), mengatakan Tesla merupakan satu dari tiga calon mitra yang aktif melakukan komunikasi dengan tim, selain perusahaan baterai asal Tiongkok CATL dan LG Chem asal Korea Selatan.

"Mengenai Tesla, kita dalam tahap negosiasi. Kita sedang mencari dan ingin mengetahui kira-kira interes Tesla apa. Tesla ini agak late comers. Kita sudah maju jauh 5-6 bulan di depan, Tesla baru belakangan masuk, sehingga kita sedang pelajari mereka mau masuknya ke mana. Salah satu yang kami dapat tangkap dari pembicaraan kemarin, Tesla ingin masuk ke Energy Storage System (ESS)," kata Agus.

Negosiasi, jelasnya, juga masih dilakukan dengan dua calon mitra lainnya. Khusus dengan LG, Agus yang juga sebagai Komisaris Utama Inalum itu mengatakan perusahaan itu ingin ada jaminan kepastian bahan baku komponen untuk berproduksi.

"LG ingin terjamin selama dia berproduksi, bahan bakunya ada. Saya kira itu sesuatu yang wajar karena semua mitra itu takut, misalnya 20 tahun, 10 tahun (bahan baku) sudah habis. Maka mereka ingin pastikan bahwa bahan baku itu cukup supaya investasinya tidak sia-sia," katanya.

Rantai Pasok Global

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri BUMN, Pahala Mansury, mengatakan untuk mengembangkan industri kendaraan listrik dan baterai kendaraan listrik, Indonesia perlu bermitra dengan pemain global dunia.

"MIND ID (Inalum), Antam, Pertamina, PLN, perlu lakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang punya teknologi dan bisa memberi sumber daya untuk berinvestasi di bidang baterai kendaraan listrik secara terintegrasi," kata Pahala.

Di sisi lain, Indonesia juga masih membutuhkan investasi untuk merealisasikan potensi industri baterai kendaraan listrik, mulai dari penambangan, pemurnian dan pengolahan, hingga pembangunan pabrik untuk produksi battery cell dan battery pack.

"Pengolahan eksploitasi tambang butuh miliaran dollar, turun ke fasilitas smelting dan refinery, itu juga butuh miliaran dollar. Apalagi kemudian membangun pabrik untuk buat prekursor dan katode sebelum dimanfaatkan jadi battery cell dan battery pack, tentu butuh investasi puluhan miliar dollar," katanya.

Pahala memperkirakan industri baterai kendaraan listrik diperkirakan akan memberi dampak bagi perekonomian nasional sebesar 25 miliar dollar AS atau sekitar 400 triliun rupiah pada 2027 mendatang.

Pengembangan industri baterai kendaraan listrik juga jadi langkah strategis Indonesia agar bisa masuk dalam mata rantai pasok global pasar kendaraan listrik. n ers/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top