
RI Harus Mandiri Energi dan Pangan agar Bisa Lebih Maju

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP TERUS BEROPERASI I Rumah-rumah di desa tercemar polusi asap yang mengepul dari cerobong di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten. Cerobong asap menyemburkan asap berbahaya ke udara dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Indonesia sudah ikut berpartisipasi pada konferensi perubahan iklim (COP) yang digagas PBB sejak pertama, tetapi faktanya terus menambah karbon dengan membangun beberapa PLTU.
"Dua hal itu tidak dimiliki RI. Jangan lagi bicara industri, produksi dasar saja kita tidak punya sehingga tidak heran sebagian besar barang di online shop itu impor," kata Salamuddin.
Selama ini, pemerintah terbuai dengan utang di atas utang. Penarikan pinjaman digunakan untuk membayar utang obligasi rekap Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Posisi utang luar negeri (ULN) bersih pada kuartal II-2022 sudah mencapai 403 miliar dollar AS.
"Negara malah mensubsidi perampok BLBI dengan beban bunga 400 triliun rupiah per tahun sampai dengan 2043. Itu baru bunga, belum pokok," katanya.
Pemerintah juga terbuai dengan ekspor bahan baku, sehingga mati-matian menarik investor industri sekunder yang berbahan baku mentah. Padahal itu susah karena tidak bisa dibangun dalam sekejap, apalagi di zaman resesi seperti sekarang.
"Kalau kita tidak mau akui bahwa stagflasi adalah kenyataan yang harus kita hadapi maka tidak akan ketemu obatnya," katanya.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya