Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Masa Depan Bangsa I PLN Jangan Bebankan Kelebihan Pasokan Listrik ke Masyarakat

RI Harus Mandiri Energi dan Pangan agar Bisa Lebih Maju

Foto : BAY ISMOYO / AFP

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP TERUS BEROPERASI I Rumah-rumah di desa tercemar polusi asap yang mengepul dari cerobong di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten. Cerobong asap menyemburkan asap berbahaya ke udara dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Indonesia sudah ikut berpartisipasi pada konferensi perubahan iklim (COP) yang digagas PBB sejak pertama, tetapi faktanya terus menambah karbon dengan membangun beberapa PLTU.

A   A   A   Pengaturan Font

"Kalau pemerintah tidak mau serius, pada 5 hingga 10 tahun lagi kita akan dapat tekanan untuk membayar carbon tax. Tarif carbon tax yang kita terapkan hanya basa-basi, cuma dua dollar AS per ton, itu pun masih ditunda, sedangkan negara-negara lain memastok tarif sekitar 100 dollar AS per ton," katanya.

Di masa mendatang, Indonesia, jelasnya, tidak akan dapat pinjaman, kecuali dari green bond. Sementara Indonesia sudah tidak bisa hidup tanpa utang. Pemerintah pun sudah tidak punya lagi anggaran untuk PLN. "Pengusaha batu bara banyak diuntungkan dari PLN, tetapi saat PLN kesulitan mereka lari," katanya.

Tata memaparkan pertumbuhan PLTU batu bara di Indonesia mencapai 44 persen dari 2015 hingga 2020. Pertumbuhan itu linear dengan dominasi energi batu bara dalam sistem kelistrikan nasional. Tercatat 88 persen listrik Indonesia masih berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Bahkan, batu bara masih mendominasi bauran listrik hingga 2030 dengan kontribusi 59,4 persen.

Barang Impor

Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, mengatakan pangan dan energi itu dasar utama kebutuhan bangsa. Jika dua hal itu tidak dimiliki bangsa besar seperti Indonesia, tidak ada yang bisa diharapkan bagi masa depan RI yang sudah terperangkap dalam low middle income trap.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top