Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Resesi Ekonomi dan Bencana Alam Mengancam di Tahun Mendatang, Sudah Siapkah Indonesia?

Foto : BPMI Setpres/Laily Rachev

Presiden Jokowi saat meninjau daerah terdampak gempa di Kampung Munjul, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Kamis (24/11).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Akhir-akhir ini Indonesia terus dilanda keprihatinan. Bencana terjadi dimana-mana, gempa Cianjur, disusul gempa di Garut dan Pangandaran. Banjir dan longsor pun melanda diberbagai wilayah yang menguras banyak energi dan sumberdaya untuk menanganinya.

Dan kali ini erupsi Gunung Semeru kembali terjadi. Amukan awan panas yang bergerak cepat menghanguskan berbagai tempat yang dilewatinya, abu dan lumpur vulkanik pun menimbun rumah-rumah warga sehingga memaksa lebih dari dua ribu orang harus mengungsi. Saat ini statusnya sudah dinaikan dari Siaga ke Awas, artinya pemerintah harus lebih bersiap atas segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Berbeda dengan peristiwa sebelumnya, kali ini pemerintah masih sempat mengevakuasi warga, sementara sebelumnya pemerintah tidak melakukan early warning sehingga menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi mengeluarkan peringatan kepada warga untuk tidak mendekati dalam jarak 8 km (5 mil) dari puncak, atau 500 meter dari tepi sungai karena risiko aliran lahar.

"Melihat berbagai peristiwa ini Indonesia harus mempersiapkan diri dengan berbagai ujian yang akan dihadapi kedepan. Karena selain resesi ekonomi yang sudah mulai dirasakan dampaknya juga bencana alam yang juga harus diwaspadai," demikian kata pengamat kebijakan public yang juga Direktur Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, Senin (5/12).

Menurut Achmad, pemerintah harus cermat memonitor dan memitigasi bencana sehingga jika ada indikasi terjadinya bencana bisa segera memberikan early warning dan langkah pre-emptive yang diperlukan. Jangan sampai terjadi lagi jatuhnya korban jiwa karena tidak melakukan early warning seperti pada bencana Erupsi Sumeru 2021 yang memakan korban jiwa hingga 50 orang dan Gempa Canjur yang memakan korban jiwa sebanyak 327 orang.

"Kinerja BMKG dan PVMBG harus dievaluasi, jika ada kinerja yang tidak baik sebaiknya harus diganti dengan orang-orang yang punya kompetensi dan dedikasi yang lebih baik. Ini sangat penting karena kesalahan mitigasi karena kurang kompetennya personil di dua lembaga ini akan mengakibatkan dampak yang fatal yaitu korban jiwa," tandas Achmad Nur Hidayat.


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top