Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Resep Mental Tangguh untuk Generasi Z dan Y

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Filosofi Teras

Penulis : Henry Manampiring

Tebal : xxiv+320 halaman

Penerbit : Kompas

Cetakan : I, 2019

ISBN : 978-602-412-518-9

Setiap zaman memiliki generasi masing-masing. Saat ini muncul dua generasi yang sama-sama akrab dengan dunia digital. Mereka adalah gen Z (generasi milenial) dan Y (generasi digital native). Berdasarkan tahun kelahirannya, gen Z dan Y sudah beranjak dewasa. Mereka terlibat dalam kegiatan ekonomi, sosial, politik dan tentunya sudah menjadi peserta pemilu yang sah.

Namun, hasil survei, menunjukkan bahwa 63 persen generasi tersebut cenderung mengalami kehawatiran (halaman 2). Sumber kekhawatiran terbesar (76 persen) terkait masalah politik (halaman 5). Untuk merekonstruksi sumber masalah tersebut, digunakan data dari psikiatri, survei, dan wawancara praktisi media sosial. Hasilnya, antara lain salah satu sumber kecemasan nasional generasi Z dan Y adalah hoax dan fake news.

Dengan kondisinya yang sangat akrab dengan dunia internet, gen Z dan Y sangat aktif di dunia maya, termasuk mengusung paslon-paslon. Sayang, hoax dan fake news masih banyak dijumpai. Padahal, hoax dan fake news membuat hubungan sosial menjadi sangat rentan dan berakibat pada perpecahan.

Menurut Kominfo, penyebaran hoaks sangat tinggi. Ada 800 ribu konten per tahun. Maka, pemilahan fakta dan interpretasi dari informasi yang beredar luas sangat penting (halaman 93). Bila tidak cukup interpretasi atas data atau informasi berpotensi menjadi hoaks.

Dalam praksisnya, filosofi teras (stoisisme) ini mengajak pembaca untuk hidup dengan berkebajikan (halaman 28) penggunaan nalar (halaman 36). Dalam dunia akademik, solusi seperti ini diistilahkan dengan "literasi media." Juliswara (2017) menemukan bahwa netizen yang memiliki kemampuan literasi media cukup tinggi. Mereka tidak hanya sadar etika berkomunikasi, tetapi juga terampil secara konstruktif dalam menerima, memproduksi, dan membagikan informasi.

Di sisi lain, filosofi teras juga mengajak mengendalikan emosi negatif (halaman 28) dalam menyikapi berbagai kondisi dan informasi. Jangan reaktif atau gampang terprovokasi. Dalam kondisi ini, Epictetus berargumen, pada kenyataannya, yang meresahkan bukanlah masalah, tapi pikiran kita sendiri terhadap masalah tersebut (halaman 96).

Melalui resep Stop, Think-Assess, Respond (halaman 104-106), pembaca diajak untuk melakukan kebiasaan sehat. Ibarat sekoci tak berdayung di laut luas, melalui disiplin STAR (Stop, Think-Assess, Respond), kapal kecil emosi kita diberi dayung dan layar agar tidak mudah terombang-ambing informasi yang belum tentu kebenarannya.

Buku ini juga menghadirkan tips menjadi individu tangguh (berani, bijak, mampu mengendalikan diri dan adil) dalam menangkal informasi hoaks dan fake news dalam kondisi apa pun. Sebagaimana dikatakan Aurelius dalam Meditation, "You have power of your mind, not outside events." Buku mengajak para pembaca berpikir logis dan rasional. Jangan lebay dalam mengatasi berbagai masalah. Caranya, tetap fokus pada mental (mind).

Diresensi Liah Siti Syarifah, Asisten Dosen Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Komentar

Komentar
()

Top