Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Representasi Pocong dan Cerminan Ketakutan Masyarakat Indonesia

Foto : The Conversation/MataMata.com

Pocong merupakan hantu yang paling banyak direpresentasikan di film Indonesia.

A   A   A   Pengaturan Font

Representasi pocong sebelum era 90an: pelengkap dan sederhana

Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Timur Tengah tidak memercayai manusia dapat menghantui setelah kematiannya. Sehingga, film horor supernatural klasik Timur Tengah menempatkan jin dan variannya sebagai antagonis. Sementara horor supernatural Indonesia lebih banyak menempatkan manusia yang mati penasaran akibat pembunuhan dan menyimpan dendam sebagai hantu. Hal ini karena pocong dan banyak hantu lain di Indonesia berdiri di atas sistem kepercayaan sinkretik, kelindan antara kepercayaan atas ruh gentayangan, tempat keramat, momen-momen ngeri.

Pocong sendiri merupakan entitas spektral (terikat secara geografis) yang unik, karena walaupun representasinya berkaitan erat dengan ritual religi, namun pocong sebagai hantu tidak (pernah) benar-benar dominan mengisi layar sinema negara dengan mayoritas penduduk Islam lainnya. Bahkan, negara Timur Tengah tidak memiliki film horor pocong sama sekali.

Penelusuran yang kami lakukan juga menunjukkan bahwa hantu pocong di Melayu pada awal abad ke-20 disebut sebagai hantu bungkus, hantu golek atau hantu guling. Richard James Wilkinson, seorang administrator Kolonial Inggris, sarjana Melayu sekaligus sejarawan dari Inggris, dalam kumpulan makalah-nya yang berjudul "Malay Beliefs" (1906), menjelaskan bahwa hantu kochonk yang terikat kafan hanya dapat berjalan berguling ke samping. Pocong dalam wacana awal abad ke-20 di Melayu memang direpresentasikan secara sederhana, yaitu sebagai hantu yang tergolek atau terguling.

Setan Kuburan (1975) adalah film horor yang paling vulgar menjadikan pocong sebagai hantu utama pada periode sebelum 1990-an. Setelah itu, terdapat film yang merepresentasikan pocong sebagai hantu, seperti Malam Satu Suro (1988), tapi pocong tidak mendominasi layar sinema kita pada periode 1970-1998. Pocong hanya menjadi elemen pembangkitan hantu yang kemudian termanifestasi menjadi hantu lain seperti sundel bolong dalam Malam Satu Suro (1988) atau sebagai pelengkap untuk menambahkan nuansa teror pada bagian akhir film seperti dalam Pengabdi Setan (1982).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top