Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Ekonomi - Indonesia Jadi Importir Gula Terbesar Dunia

"Rent Seeking" Impor Gula Perburuk Defisit Perdagangan

Foto : Sumber: Statista.com - koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

>>Segala upaya tekan defisit perdagangan telah dilakukan, kecuali memerangi perburuan rente.

>>Rent seeking meraup untung besar-besaran, tapi membunuh petani dan industri dasar.

JAKARTA - Indonesia, berdasarkan data Statista, tercatat sebagai negara pengimpor gula terbesar di dunia periode 2017-2018 dengan volume sebanyak 4,45 juta ton. Sedangkan Tiongkok menjadi importir gula terbesar kedua dengan volume 4,2 juta ton, diikuti Amerika Serikat (AS) di urutan ketiga dengan volume impor 3,11 juta ton.

Hal itu diungkapkan oleh ekonom senior Universitas Indonesia, Faisal Basri, melalui akun Twitter, Rabu (9/1). Faisal mengemukakan menjelang pemilihan umum (pemilu) serentak pada April nanti, tiba-tiba Indonesia menjadi pengimpor gula terbesar di dunia. Dia pun mengingatkan pemerintah bahwa praktik perburuan rente atau rent seeking yang sangat masif pada impor gula tersebut berpeluang memperparah defisit neraca perdagangan Indonesia. "Praktik rente gila-gilaan seperti ini berkontribusi memperburuk defisit perdagangan," tegas Faisal.

Menurut dia, pemerintah sebenarnya telah melakukan segala upaya untuk menekan defisit perdagangan, kecuali memerangi praktik perburuan rente tersebut. Faisal memaparkan sejak Indonesia merdeka, defisit perdagangan terjadi hanya tujuh kali. Dan, defisit perdagangan terburuk sepanjang sejarah terjadi pada 2018.

Pada Januari-November 2018, defisit perdagangan mencapai 7,5 miliar dollar AS. "Ini sejarah baru Indonesia, defisit perdagangannya sudah mencapai 7,5 miliar dollar AS," ujar Faisal, belum lama ini.

Terkait dengan impor gula, Koran Jakarta, edisi 22 Desember 2018, juga telah mewartakan bahwa Indonesia tercatat sebagai importir gula terbesar dunia pada 2017 dengan nilai impor mencapai 2,3 miliar dollar AS atau 7,8 persen dari total impor dunia.

Berdasarkan data dari laman World's Top Export itu, Thailand menjadi pemasok gula terbesar di Indonesia dengan nilai 1,2 miliar dollar AS atau meningkat 77,6 persen dari tahun 2013.

Media South China Morning Post (SCMP) juga menyebutkan Indonesia saat ini sebenarnya merupakan importir gula terbesar dunia, bukan Tiongkok. Memang pada 2015-2016, menurut data WorldAtlas.com, Tiongkok merupakan importir gula terbesar dunia dengan volume impor enam juta ton. Sedangkan Indonesia di urutan kedua dengan volume impor 3,6 juta ton.

Sementara itu, pemerintah dikabarkan akan mengurangi impor gula pada tahun ini. Kuota impor gula mentah pada 2019 diproyeksikan 2,8 juta ton atau lebih rendah dari kuota pada 2018 sebesar 3,7 juta ton. Data pemerintah itu lebih kecil dibandingkan dengan data yang diungkapkan sejumlah lembaga internasional tersebut.

Menanggapi rencana pemerintah memangkas impor gula, sejumlah kalangan mengemukakan negara-negara di dunia biasanya membatasi impor dengan tarif tinggi, namun Indonesia masih menerapkan tarif paling rendah, di bawah 3 persen.

Perdagangan pun bisanya dilakukan antarnegara yang memiliki hubungan khusus. Contohnya, Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) hanya mengimpor dari negara dengan dasar special preferenced treatment, dan mengenakan tarif tinggi.

"Tapi, Indonesia tidak ada hubungan khusus dengan Thailand yang menjadi eksportir gula terbesar di sini. Secara umum, impor ini hanya jadi alat atau bonekanya rent seeking meraup untung sebesar-besarnya, hingga membunuh petani dan industri dasar," ujar Guru Besar Pertanian UGM, Masyhuri.

Rembesan Gula Rafinasi

Sementara itu, kalangan petani tebu menyoroti rembesan gula rafinasi, yang seharusnya hanya untuk industri, ke pasar konsumen. Ini disebabkan membanjirnya gula rafinasi impor.

Sekjen Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), M Nur Khabsyan, mengemukakan rembesan gula rafinasi di pasar itu sudah lama terjadi. "Temuan-temuan kita soal rembesan rafinasi di pasar tidak pernah diproses. Tidak ada sanksi, padahal kami sudah lapor ke Kemendag dan penegak hukum," ujar dia.

Menurut dia, rembesan gula rafinasi impor tersebut menyebabkan harga gula di level petani turun hingga di bawah biaya pokok produksi. "Artinya petani rugi. Turunnya harga karena banyaknya gula yang diimpor. Kondisi ini tentu menghantam gula petani," jelas Nur.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (UB), Munawar Ismail, mengemukakan petani Indonesia telah ditekan dari segala sisi akibat berbagai kebijakan perdagangan yang hanya menguntungkan importir dan pedagang.ahm/SB/ers/WP

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top