Rencana Kasih Tuhan dalam Setiap Kejadian
Bertepatan perayaan Paskah serta hari eksekusi Barabas, atas usulan Klaudius, kepala penjara, akhirnya diadakan pengadilan terbuka untuk memilih antara Barabas atau Yesus Kristus yang harus dihukum mati. Kala itu, untuk pertama kalinya Barabas berhadapan dengan sosok yang kelak mengubah hidupnya.
Tubuh-Nya kotor penuh luka dari derita dan siksa yang kejam, namun masih tersenyum pada Barabas yang beku. Atas skenario itu, Pilatus sebenarnya berharap Barabas, si penjahat, yang mati menggantikan Yesus Kristus. Tetapi di luar dugaan, Mahkamah dan masyarakat Yerusalem justru memilih Yesus Sang Raja Yahudi untuk disalibkan.
"Kini sudah jelas. Tuhan Yesus telah memberi contoh sempurna, teladan sejati, bukan kekerasan: nyawa balas nyawa, gigi balas gigi, melainkan saling menyayangi. Saling menyayangi bukanlah memakai kebencian. Menyebut perempuan sebagai pelacur hanya berasal dari hati yang membenci. Tidak lagi bagi kami" (hlm 114).
Kedekatan Barabas dengan Bunda Maria dan Kelompok Pendoa dianggap bentuk perlawanan dan kekuatan baru para pengikut "Yesus yang Mati di Kayu Salib." Namun, pemuda yang tumbuh di lingkungan keras itu lebih intens terlibat dalam Kelompok Bersaksi. Kesadarannya bahwa kebencian itu membutakan, bertumbuh. Dia mulai mempertimbangkan pula jalan lain memerangi ketidakadilan, melalui jalan cinta kasih yang mengampuni dan memaafkan, kepada musuh sekalipun.
Perubahan membuatnya menerima cemooh dan ditinggalkan pengikut, karena dianggap orang lemah yang tidak lagi ditakuti pasukan Roma. Pilihannya kemudian menggelandang dari satu tempat ke tempat lain sebagai pemberi kesaksian jalanan.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya