Raksasa Siber AS Tolak Klaim Maskapai Penerbangan Terbesar
CrowdStrike
Foto: CyberSecurity ItaliaCrowdStrike, perusahaan siber asal AS, pada tanggal 4 Agustus 2024 telah menolak klaim Delta Air Lines bahwa mereka harus disalahkan atas gangguan penerbangan setelah gangguan global pada 19 Juli yang disebabkan oleh pembaruan yang salah, dan menyarankan bahwa tanggung jawab mereka minimal.
CEO Delta Air Lines, Ed Bastian mengatakan minggu lalu bahwa gangguan tersebut telah merugikan maskapai AS sebesar $500 juta dan mereka berencana mengambil tindakan hukum untuk mendapatkan kompensasi dari perusahaan keamanan siber tersebut.
CrowdStrike mengulangi permintaan maafnya kepada operator maskapai, tetapi dalam surat dari pengacara eksternal mereka menyatakan sangat kecewa dengan sugesti Delta bahwa CrowdStrike bertindak tidak semestinya dan menolak keras tuduhan bahwa mereka lalai atau melakukan kesalahan.
Delta membatalkan lebih dari 6.000 penerbangan selama enam hari, mempengaruhi lebih dari 500.000 penumpang. Mereka menghadapi penyelidikan dari Departemen Transportasi AS tentang mengapa butuh waktu lebih lama bagi mereka untuk pulih dari gangguan dibandingkan maskapai lain.
Lewat surat, CrowdStrike menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaannya secara kontrak dibatasi pada jumlah dalam jutaan digit tunggal. Namun Delta menolak untuk mengomentari surat CrowdStrike.
Dalam beberapa jam setelah insiden gangguan tersebut, CrowdStrike menghubungi Delta untuk menawarkan bantuan. "Selain itu, CEO CrowdStrike secara pribadi menghubungi CEO Delta untuk menawarkan bantuan di lokasi, tetapi tidak mendapat respons," kata surat tersebut, dilansir dari Reuters, Senin (5/8).
Bastian mengatakan kepada CNBC minggu lalu bahwa CrowdStrike telah menawarkan nasihat konsultasi gratis untuk membantu Delta.
Surat CrowdStrike menambahkan bahwa jika Delta mengajukan gugatan, mereka harus menjawab mengapa pesaing Delta, yang menghadapi tantangan serupa, semua memulihkan operasi jauh lebih cepat dan mengapa Delta menolak bantuan di lokasi gratis dari profesional CrowdStrike yang membantu banyak pelanggan lain memulihkan operasi jauh lebih cepat daripada Delta.
"Tindakan publik tentang kemungkinan mengajukan gugatan yang tidak berdasar terhadap CrowdStrike sebagai mitra lama tidak konstruktif bagi pihak mana pun. Kami berharap Delta akan setuju untuk bekerja sama mencari solusi," jelas juru bicara CrowdStrike.
CrowdStrike adalah perusahaan keamanan siber yang berbasis di Amerika Serikat, terkenal karena menyediakan solusi keamanan berbasis cloud yang canggih untuk melindungi organisasi dari ancaman siber. Didirikan pada tahun 2011 oleh George Kurtz, Dmitri Alperovitch, dan Gregg Marston, CrowdStrike telah berkembang pesat dan menjadi salah satu pemimpin dalam industri keamanan siber.
CrowdStrike menawarkan berbagai layanan keamanan, termasuk perlindungan endpoint, deteksi dan respons endpoint (EDR), threat intelligence, dan layanan keamanan terkelola. Produk utama perusahaan ini, Falcon, adalah platform keamanan endpoint yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan analitik data besar untuk mendeteksi, mencegah, dan merespons ancaman siber secara real-time.
Berita Trending
- 1 Gara-gara Perkawinan Sedarah, Monyet Salju Jepang di Australia akan Dimusnahkan
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 Prabowo Dinilai Tetap Komitmen Lanjutkan Pembangunan IKN
- 4 Kemendagri Minta Pemkab Bangka dan Pemkot Pangkalpinang Siapkan Anggaran Pilkada Ulang Lewat APBD
- 5 Natal Membangun Persaudaraan
Berita Terkini
- Prabowo Berupaya Jaga Keseimbangan Hubungan di Tengah Persaingan AS dan Tiongkok
- Otorita Labuan Bajo: Mai Hang Food ajang promosi kuliner lokal
- Enam RT di Marunda dan Pluit masih terdampak banjir rob
- Venezia Imbangi Juventus 2-2 Berkat Gol Jay Idzes
- Pratinjau Indonesia vs Vietnam: Ujian Sesungguhnya untuk Garuda