Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Thailand

Raja Tarik Bintang Kehormatan bagi Thaksin

Foto : AFP/ISAAC LAWRENCE
A   A   A   Pengaturan Font

BANGKOK - Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn, diwartakan pada Minggu (31/3) telah menarik bintang kehormatan kerajaan yang telah diberikan kepada mantan Perdana Menteri yang digulingkan, Thaksin Shinawatra.

"Raja Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun telah mencabut anugerah bintang kehormatan kerajaan Chula Chom Klao bagi mantan PM Thaksin Shinawatra karena ia telah didakwa oleh Mahkamah Agung atas tindak pidana korupsi serta tindakan tak terpuji kabur ke luar negeri," demikian pengumuman tertulis di Lembaran Kerajaan yang dirilis Sabtu (30/3).

Anugerah bintang kehormatan kerajaan Chula Chom Klao merupakan penghargaan tertinggi atas pengabdian seseorang pada negara Thailand.

Perintah penarikan anugerah bintang kehormatan kerajaan ini datang kurang dari sepekan setelah Thailand mengadakan pemilihan pertamanya sejak kudeta militer pada 2014 dan partai politik pro-Thaksin, Pheu Thai, yang merupakan oposisi utama di Thailand, mengklaim memiliki hak untuk membentuk pemerintahan setelah pemilihan umum mengalami sengketa.

Pheu Thai, sebuah partai politik yang terkait dengan Thaksin. Saat ini partai itu sedang berebut dengan Partai Phalang Pracharat yang didukung militer untuk berebut hak untuk membentuk pemerintahan.

Pejabat Komisi Pemilu Thailand hingga saat ini belum mengumumkan hasil resmi pemilu yang disebut-sebut Thaksin telah terjadi kecurangan.

Saat ini Thaksin hidup di pengasingan sejak melarikan diri pada 2008 untuk menghindari persidangan korupsi. Dia adalah dinyatakan bersalah secara in absentia dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara.

Langkah penarikan anugerah bintang kehormatan kerajaan bisa amat merugikan bagi Thaksin maupun partai yang memiliki hubungan dengannya karena sebagian besar warga Thailand karena monarki dihormati tanpa keraguan dalam budaya di Negeri Gajah Putih itu.

Posisi Monarki di Thailand berada di atas politik. Sebelumnya tradisi itu sempat diuji bulan lalu ketika saudara perempuan raja, Puteri Ubolratana, menerima pencalonan untuk maju sebagai kandidat perdana menteri bagi partai pro-Thaksin lainnya, Partai Thai Raksa Chart. Raja dengan cepat menyatakan pencalonan Ubolratana itu tidak pantas, dan Puteri Ubolratana maupun Partai Thai Raksa Chart itu pun didiskualifikasi.

Pemilu yang digelar pada 24 Maret lalu dilaksanakan setelah hampir selama 15 tahun terjadi kekacauan politik di mana Thailand mengalami dua kudeta yang dilakukan militer yaitu pada 2006 dan 2014, yang masing-masing menggulingkan PM Thaksin Shinawatra dan saudara perempuannya, Yingluck Shinawatra.

Masih Berpengaruh

Meskipun tinggal di luar negeri, mantan perdana menteri itu masih memiliki pengaruh dan pendukung tetap dalam perpolitikan Thailand. Partai pro-Thaksin bahkan telah memenangkan setiap pemilihan sejak 2001, bahkan setelah Thaksin dilengserkan.

Perintah raja datang setelah serangkaian langkah oleh Thaksin yang bisa dilihat sebagai tantangan monarki. Dua hari sebelum pemungutan suara, Thaksin terlihat hadir di pernikahan anak perempuan bungsunya di Hong Kong bersama Puteri Ubolratana.

Sehari setelah itu, raja membuat pernyataan tak terduga dan samar, mengutip komentar yang dibuat oleh mendiang ayahandanya tentang perlunya memilih "orang baik" dalam kekuasaan dan mencegah "orang jahat membuat kekacauan".ang/AlJazeera/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top