Radikalisme di Kalangan Mahasiswa Sudah Mengkhawatirkan
Deklarasikan Anti radikalisme - Menkominfo Rudiantara (kelima dari kiri), Menristekdikti M Natsir (keempat dari kanan), dan para rektor dari 47 PTS dan PTN mendeklarasikan antiradikalisme di pergururan tinggi Jabar, pekan lalu.
Pengaruh paham dan ideologi radikal semakin merisaukan karena gerakan militan marak berkembang di kalangan kelompok mahasiswa. Hal itu cukup mengkhawatirkan karena bisa mengakibatkan disintegrasi bangsa dalam dua atau tiga dekade ke depan bila tidak ada tindakan dari negara dan kalangan moderat.
Kekhawatiran ini telah disuarakan oleh banyak kalangan, termasuk peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anas Saidi, pada awal tahun lalu. Untuk mengatasinya perlu strategi kebudayaan yang menyeluruh dan berkesinambungan.
Untuk itu, tambah Anas, perlu deradikalisasi secara halus lewat bahasa-bahasa agama yang relevan dan sosialisasi pandangan tentang adanya nilai-nilai afinitas antara Islam dan Pancasila. Ini untuk mengembalikan corak keagamaan yang jadi ciri khas Islam di Indonesia, yaitu moderat, inklusif, dan toleran.
Apa yang dikhawatirkan Anas tersebut terbukti. Akhir-akhir ini aksi terorisme dan perbuatan radikal semakin marak. Kondisi ini membuat banyak pihak prihatin, termasuk dari jajaran perguruan tinggi. Kampus yang merupakan kawah candradimuka bagi calon pemimpin bangsa pun tak lepas dari masalah ini. Para rektor pun menyikapi masalah ini dengan sangat serius.
Para rektor perguruan tingi negeri (PTN) dan swasta (PTS) di wilayah Jawa Barat (Jabar) sepakat membuat deklarasi bersama antiradikalisme di dalam lingkungan pendidikan, khususnya tingkat perguruan tinggi. Deklarasi ini pun terwujud di kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, pekan lalu.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya