Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Proyek Kolaborasi Amartya NFT Angkat Elemen Batik ke Ekosistem Seni Digital

Foto : ISTIMEWA

Batik

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Illustrator Antonio Wisesa (Toni) bersama NFT Gaspack, dan Vonix menciptakan terobosan baru bagi seni batik Indonesia dengan nama Amartya NFT. Kehadiran koleksi dari proyek Amartya NFT untuk mengangkat elemen batik ke dalam ekosistem digital art Non Fungible Token atau digital art NFT.

Seni digital NFT dinilai mampu memperluas peluang mendunianya keindahan seni batik yang dituangkan melalui berbagai media. Proyek kolaborasi ini diluncurkan ke pasar seni digital per 15 Desember 2022 dan melibatkan rumah batik Iwan Tirta selaku advisor dalam proses kreatifnya.

NFT Gaspack merupakan perusahaan digital yang memberdayakan seniman. Sedangkan Vonix adalah perusahaan pertukaran mata uang kripto di. Ketiganya berkolaborasi dalam dalam menghasilkan proyek karya seni kripto yang terinspirasi oleh pola sakral batik asli Indonesia ini diperkenalkan dalam wujud seni digital dan terdiri atas 999 NFT sebagai satu kesatuan koleksi.

Nama Amartya memiliki arti abadi atau immortal. Hal ini menggambarkan sembilan tokoh dewa dengan sifat dan elemen istimewanya masing-masing. Penuangan sembilan karakter tersebut ke dalam media visual menggunakan pola batik dan tema yang jarang ditemui, sehingga semakin memperkuat keunikan koleksi ini.

"Filosofi pola dan pemilihan kesembilan karakter dewa tersebut juga merepresentasikan kalender tradisional Jawa, menunjukkan betapa kentalnya kultur Jawa yang diusung dalam koleksi seni visual ini," kata Toni melalui keterangan tertulis Jumat (16/12).

Dalam proses penggarapan Amartya, seluruh tim berkonsultasi dengan rumah batik kebanggaan Indonesia, Iwan Tirta Private Collection. Mereka mengembangkan karakter dan memilih nama untuk setiap Amartya, berdasarkan nama-nama dalam bahasa Sansekerta.

"Batik adalah salah satu warisan luhur budaya bangsa yang harus kita jaga kelestariannya. Menyadari hal ini, kami ingin mengusung batik ke dalam ranah seni baru, yakni seni digital NFT. Dengan terobosan masuknya batik ke ranah seni dunia meta ini, kami berharap batik lebih mendunia dan dikenal lebih banyak kalangan," tutur Toni, seoarang ilustrator yang menangani penggambaran, penulisan, animasi aset, karakter, dan keseluruhan dunia penceritaan Amartya.

Gagasan seputar muatan budaya Jawa, unsur batik, serta elemen alam semesta, merupakan alasan kuat keseriusan Toni menggarap koleksi seni digital ini, selain konsep Amartya secara keseluruhan sebagai seni digital dan tim yang terlibat.

Secara khusus, Toni juga menyampaikan apresiasi atas dukungan rumah batik kebanggaan Indonesia, Iwan Tirta Private Collection, yang bertindak selaku advisor Amartya NFT. Dengan dukungan dari berbagai pihak, semoga kehadiran Amartya NFT dapat menjadi salah satu upaya agar batik menyentuh lebih banyak penikmat seni.

"Kami berharap langkah ini juga menularkan inspirasi dan membuka peluang baru dimunculkannya batik dalam berbagai bentuk media seni, tidak hanya tertuang dalam wujud kain," lanjutnya.

Tidak hanya dalam hal penggambaran karakter, keseluruhan visualisasi Amartya juga dikembangkan berdasarkan budaya Indonesia, seperti pendhapa Jawa untuk latar belakangnya. Penggunaan citra Thangka (lukisan di atas kain melambangkan sosok suci atau mandala) dan pengalaman Toni berkreasi dalam kebudayaan Asia Tenggara juga menjadi salah satu hal yang membantu proses penciptaannya.

Diluncurkan ke dalam pasar NFT pertengahan bulan ini, informasi terbaru dan perkembangan Amartya NFT dapat diikuti melalui situs amartya.io dan akun Twitter @AmartyaNFT, yang mudah diakses para penikmat seni digital, kolektor NFT, serta masyarakat umum.

Toni sendiri dikenal sebagi seorang ilustrator yang berfokus pada pembuatan ilustrasi untuk buku anak-anak. Beberapa karyanya yang terkenal seperti 70+ Motivational Stories for Children, Sutasoma, dan Legacy of Love. Ia juga pernah melakukan publikasi karya secara independen berjudul Project Mutja.

Pencapaian Toni sebagai seniman, di antaranya adalah termasuk dalam IBBY Honor List 2019 untuk Sutasoma. Ia juga pernah berpartisipasi pada ajang Biennale of Illustration Bratislava Workshop 2019 dan Frankfurt Book Fair 2019.

Dalam proyek Amartya NFT, Toni ini sering kali memasukkan elemen Indonesia ke dalam karya-karyanya. Cenderung memiliki unsur "horor" dengan sentuhan khas seniman Indonesia, karya-karya Toni disertai tekstur dan unsur gerakan yang mengandung banyak filosofi tersembunyi.

Dengan kombinasi komposisi kompleks dan penggunaan ruang negatif, ia menciptakan karya seni yang penuh detail juga referensi di setiap sudut. Dalam proses kreatifnya, Toni berusaha mempertahankan konsep dan tema yang sejak awal ia usung.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top