Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea

Provokasi Korut Pengaruhi Pemilu Korsel dan AS

Foto : Yonhap

Proyeksi KINU I Ahli dari Korea Institute for National Unification (KINU) mengikuti konferensi pers di Seoul pada Rabu (13/12).

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Korea Utara (Korut) mungkin akan melakukan provokasi militer dan perang psikologis, serta meningkatkan ketegangan untuk mempengaruhi pelaksanaan pemilu di Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) pada tahun 2024. Informasi itu diungkapkan Korea Institute for National Unification (KINU) pada Rabu (13/12) dalam laporan tahunannya.

"Pemilu ini akan menjadi faktor penting dalam membentuk pendekatan kebijakan luar negeri dan keputusan strategis Korut pada tahun mendatang," kata para ahli di KINU dalam penjelasan mengenai prakiraan lanskap keamanan di Semenanjung Korea pada tahun 2024.

Tahun 2024 akan menjadi tahun peristiwa pemilu yang penting, dengan pemilihan presiden di Taiwan dijadwalkan pada Januari, Russia pada Maret, dan AS pada November. Selain itu, Korsel juga akan mengadakan pemilu legislatif pada April untuk memilih 300 anggota parlemen yang akan bertugas di Majelis Nasional selama empat tahun ke depan.

"Ada kemungkinan bahwa Korut akan meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dengan mengadopsi pendekatan diplomatik yang lebih berani dan terlibat dalam provokasi militer yang secara khusus menargetkan pemilu besar di blok liberal," kata peneliti senior KINU, Kim Jin-ha.

"Dinamika konfrontasi yang terjadi antara AS dan Russia, serta AS dan Tiongkok, akan memainkan peran yang menentukan dalam membentuk perilaku dan intensitas provokasi yang diprakarsai oleh Korut," imbuh Kim.

Kim juga menggarisbawahi bahwa Korsel khususnya harus mempersiapkan diri menghadapi apa yang dapat dikategorikan sebagai perang hibrida gaya Korut yang menggunakan kombinasi taktikonlinedanoffline.

Perkuat Nuklir

Sementara itu Direktur Divisi Riset Kebijakan Unifikasi, Chung Sung-yoon, berpendapat bahwa Korut mungkin akan mempertahankan posisi dasarnya dalam memperkuat kemampuan nuklir dan terlibat dalam negosiasi pelucutan senjata dengan AS dengan pijakan yang setara, daripada melakukan negosiasi denuklirisasi.

"Jika Korut menganggap kemampuan nuklirnya tidak mencukupi (untuk perundingan perlucutan senjata), kemungkinan besar mereka tidak akan terpaku pada dialog dengan AS bahkan jika Trump kembali berkuasa," kata Chung.

Sedangkan peneliti KINU lainnya, Dr Hyun Seung-soo, menegaskan bahwa kemungkinan besar terpilihnya kembali Presiden Russia, Vladimir Putin, pada pemilu Maret 2024, yang akan membuatnya tetap menjabat di Kremlin hingga tahun 2036, diperkirakan akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi hubungan yang lebih kuat antara Korut dan Russia.ST/Yonhap/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top