
Program Adopsi Sarang Burung Liar Diinisiasi Desa Penyangga TNWK
Wisatawan sedang melakukan pengamatan burung liar di area Taman Nasional Way Kambas Lampung Timur.
Foto: (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi)BANDARLAMPUNG - Desa penyangga di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur menginisiasi pelaksanaan program adopsi sarang bagi burung liar ataupun dilindungi yang ada di sekitar desa guna menjaga kelestarian satwa di habitanya.
"Di sekitar Taman Nasional Way Kambas ini ada 38 desa penyangga yang ikut serta dalam pelestarian serta edukasi pelestarian satwa. Di sini ada desa yang sudah mendeklarasikan sebagai Kampung Ramah Burung," ujar Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) MHD Zaidi di Lampung Timur, Senin.
Ia mengatakan desa penyangga yang telah mendeklarasikan diri sebagai Kampung Ramah Burung adalah Desa Labuhan Ratu IX.
"Saat desa sudah mendeklarasikan diri sebagai Kampung Ramah Burung, mereka menjalankan salah satu program, yaitu adopsi sarang burung, mengajak masyarakat untuk ikut serta sebagai donatur dalam pelestarian burung liar di sekitar Taman Nasional Way Kambas," katanya.
Dia menjelaskan mekanisme program adopsi sarang burung tersebut, yaitu masyarakat memberikan donasi kepada desa untuk menjaga sarang beserta telur burung yang ada di dalamnya, kemudian telur burung tersebut dijaga sampai menetas dan terbang ke habitat.
"Jadi, saat warga desa menemukan sarang burung di desanya atau di sekitar taman nasional, mereka akan menjaga sarang itu tetap di habitatnya, sampai burung dewasa dan bisa terbang. Ini seperti menjadikan masyarakat sebagai bapak asuh bagi satwa," ucap dia.
Ia mengatakan program adopsi sarang burung liar tersebut menerima biaya adopsi yang terjangkau sekitar Rp100 ribu per sarang.
"Ini sudah disebar ke media sosial dan murah untuk ikut serta program pelestarian ini. Burung liar ini banyak ditemukan di desa, karena mereka sudah merasa aman dan nyaman di sana, sebab masyarakat desa sudah paham menjaga kelestarian satwa tersebut," tambahnya.
Menurut dia, habitat burung liar yang merupakan endemik Taman Nasional Way Kambas dan burung migrasi masih tetap terjaga di desa-desa penyangga.
"Di desa, wisatawan juga bisa melakukan pengamatan burung di malam hari. Setiap desa penyangga punya potensi masing-masing dan melalui program adopsi sarang ini bisa mengajarkan bahwa semua orang dapat berkontribusi menjaga kelestarian satwa liar dan satwa dilindungi," ujar dia. Ant
Berita Trending
- 1 Klasemen Liga 1 Setelah Laga-laga Terakhir Putaran ke-23
- 2 Pendaftaran SNBP Jangan Dilakukan Sekolah
- 3 Dirut BPJS: Syarat Kepesertaan JKN Bukan untuk Mempersulit Jemaah Haji
- 4 Elon Musk Luncurkan Grok 3, Chatbot AI yang Diklaim 'Sangat Pintar'
- 5 Danantara Harus Bisa Membiayai Percepatan Pensiun Dini PLTU
Berita Terkini
-
Dirawat di RS, Paus Fransiskus dalam Kondisi Stabil
-
Sukseskan Program MBG, Luhut Sebut Rockefeller Foundation Tertarik untuk Membantu
-
Presiden Prabowo: Pelantikan 961 Kepala Daerah Momentum Bersejarah bagi Indonesia
-
Presiden Prabowo Sematkan Tanda Pangkat ke 6 Kepala Daerah
-
Madrid Singkirkan Man City, PSG Melaju ke Babak 16 Besar Liga Champions