Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stok Pangan

Produksi Padi hingga September 2021 Meningkat 65,39 Ribu Ton

Foto : Sumber: BPS – Litbang KJ/and - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS), pada Jumat (15/10), mengumumkan produksi padi nasional periode Januari-September 2021 meningkat 65,39 ribu ton gabah kering giling (GKG) menjadi 45,61 juta ton. Pencapaian tersebut naik 0,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 45,55 juta ton GKG.

Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers secara daring di Jakarta mengatakan untuk sisa waktu dari Oktober hingga Desember produksi 2021 diperkirakan sebesar 9,66 juta ton GKG.

Dengan demikian, total produksi padi sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai 55,27 juta ton GKG, naik 620,42 ribu ton GKG atau tumbuh 1,14 persen dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 54,65 juta ton GKG.

Produksi padi tertinggi tercatat pada Maret lalu yang mencapai 9,67 juta ton GKG, sedangkan produksi terendah terjadi pada bulan Januari yang hanya tercatat 2,08 juta ton GKG. Berbeda dengan produksi pada 2021, produksi tertinggi pada 2020 terjadi pada April.

Adapun tiga provinsi dengan total potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada 2021 adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sementara itu, tiga provinsi dengan potensi produksi padi terendah adalah Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Papua Barat.

Kenaikan produksi padi yang relatif besar tahun ini, jelas Margo, terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sementara itu, penurunan produksi padi pada 2021 yang relatif besar terjadi di Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Selatan.

Alih Fungsi Lahan

Menanggapi data produksi yang disampaikan BPS, Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, mengatakan pemerintah harus lebih serius lagi mendorong produksi dalam negeri. Selain pemberian subsidi benih dan pupuk, pemerintah juga harus menjaga luas lahan agar panen tetap stabil.

"Saat ini luas panennya semakin menyempit meskipun produksi naik. Alih fungsi lahan yang terus berlanjut seharusnya dihentikan agar lahan produktif tidak semakin berkurang dan menjadi deretan properti," kata Nailul.

Kalau luas lahan bisa dipertahankan, bahkan ditambah, otomatis produksi padi nasional bisa meningkat secara signifikan. "Jadi yang paling utama adalah menjaga ketersediaan lahan produktif. Kemudian, baru memperhatikan faktor lain, seperti musim, cuaca, dan hama," kata Nailul.

Merugikan Petani

Selain itu, faktor yang tidak kalah penting adalah bagaimana pemerintah merumuskan kebijakan tata kelola pangan yang baik agar benar-benar mengedepankan produksi dalam negeri, sehingga tingkat kesejahteraan petani membaik.

Kebijakan pemerintah yang kerap mengambil jalan pintas dengan impor justru mencederai para petani karena produk mereka tidak kompetitif menghadapi serbuan produk asing yang benar-benar didukung oleh pemerintah negara asal dengan memberi berbagai insentif.

"Impor beras hampir saja dilakukan tahun ini karena Menko Perekonomian dan Menteri Perdagangan sudah merekomendasikan, beruntung banyak kalangan yang tidak setuju termasuk di pemerintahan sendiri seperti Menteri Pertanian dan Bulog, sehingga Presiden Joko Widodo membatalkan keputusan impor itu," pungkasnya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top