Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Data Ekonomi AS Q2-2024

Probabilitas Pemangkasan Bunga The Fed pada September Menurun

Foto : Sumber: Departemen Perdagangan AS - AFP
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Data penting ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dilansir akhir pekan lalu telah membuat pelaku pasar keuangan di seluruh dunia jadi kurang nyenyak tidur. Pertumbuhan ekonomi negara dengan ukuran Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia itu masih begitu tangguh, bahkan ketika serial pengetatan moneter paling agresif telah berlangsung selama empat dekade terakhir.

Seperti dilansir Bloomberg Technoz, perekonomian AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8 persen atau tumbuh 1,4 persen dibanding kuartal sebelumnya dan lebih tinggi dari perkiraan pasar 2 persen. Angka yang jauh lebih tinggi itu membuat para pelaku pasar makin gugup.

Ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan Federal Reserve (the Fed) pada akhir kuartal ini pun turut mengempis. Mengacu data CME Fed Watch, probabilitas penurunan bunga the Fed pada September turun ke 87,7 persen dari sebelumnya sempat menyentuh 94 persen.

Analisis ekonom Bloomberg Economics menilai pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat pada kuartal lalu mungkin akan membuat the Fed memperlambat siklus penurunan bunga acuan tahun ini. Namun, pembacaan terhadap data keseluruhan, termasuk pasar tenaga kerja yang terlihat mulai melemah, masih memberikan peluang pada penurunan bunga the Fed mulai September nanti.

Lebih lanjut disebutkan, belanja konsumen yang menjadi mesin utama pertumbuhan, tercatat menguat pada kuartal II-2024. Namun, bila menghitung selama semester pertama, terjadi penurunan signifikan dibandingkan paruh kedua tahun lalu.

"Kami memperkirakan pasar tenaga kerja yang mendingin dan pertumbuhan pendapatan yang melambat akan memperkuat perlambatan tersebut," kata Eliza Winger, ekonom Bloomberg Economics dalam catatan setelah rilis data PDB.

"Pertumbuhan PDB riil meningkat menjadi 2,8 persen pada kuartal II-2024 dari sebesar 1,4 persen di kuartal 1-2024, melampaui estimasi kami sebesar 2,1 persen dan ekspektasi konsensus pasar sebesar 2 persen. Data tersebut menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada kecepatan rata-rata 2,1 persen pada semester 1-2024, sesuai proyeksi the Fed untuk pertumbuhan tahun ini," kata Winger.

Menaikkan Suku Bunga

Menanggapi data tersebut, Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi, mengatakan dengan kondisi perekonomian AS yang lebih baik dari perkiraan maka potensi pelambatan penurunan suku bunga the Fed semakin besar, sehingga perlu dicermati dampaknya terhadap perekonomian nasional.

Dari sisi fiskal, pemerintah harus Indonesia harus menyiapkan antisipasi terutama terkait suku bunga utang, karena mayoritas utang dalam dollar AS. "Situasi ini tentu akan berdampak pada keuangan negara terutama defisit APBN," kata Badiul.

Sedangkan dampaknya ke sektor moneter atau keuangan adalah tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang akan melemah dan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan.

Untuk sektor riil dengan menguatnya perekonomian AS, maka potensi impor produk dari Indonesia, seperti tekstil, agrikultur diharapkan meningkat, begitu pula wisatawan AS yang berkunjung ke Indonesia diharapkan meningkat.

"Bank Indonesia bisa mengantisipasi dampak ke sektor keuangan dengan mengambil kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menjaga nilai tukar dan mengendalikan inflasi dalam negeri," kata Badiul.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top