Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perdagangan Dunia

Prioritas Kebutuhan Domestik, Negara Produsen Batasi Ekspor Pangan

Foto : NARINDER NANU/AFP

Petani gandum di daerah Amritsar, Punjab, India.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Beberapa negara produsen pangan dunia sudah mulai memprioritaskan pasokan kebutuhan dalam negerinya dan mengurangi ekspor ke negara yang membutuhkan. Setelah Indonesia melarang ekspor produk minyak sawit dan turunannya, pemerintah India pada akhir pekan lalu mengumumkan larangan ekspor gandum.

Larangan itu sebagai bagian dari upaya negara tersebut untuk mengendalikan kenaikan harga di dalam negeri. Larangan juga karena kerugian panen besar akibat gelombang panas pada Maret di India. Pemerintah India sedang berada di bawah tekanan untuk mengendalikan inflasi yang melonjak menjadi 7,79 persen pada April.

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri (DGFT) Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Federal India menyatakan pemerintah hanya mengizinkan ekspor yang letter of credit-nya telah diterbitkan pada atau sebelum pemberitahuan pada Jumat yang akan diizinkan.

Sejumlah laporan mengungkapkan para pembeli global mengandalkan India setelah ekspor dari wilayah Laut Hitam turun sejak pecahnya konflik Russia-Ukraina pada akhir Februari lalu.

Jadi Peringatan

Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Masyhuri, mengatakan larangan ekspor gandum oleh India semestinya menjadi alarm keras bagi Indonesia kalau situasi sulit perdagangan pangan dunia akan terjadi. Kebergantungan kepada pangan impor mesti segera diimbangi dengan kecepatan menyiapkan substisusinya.

"Gandum tergantung 100 persen impor ini berbahaya sekali dan sekarang sudah jadi bahan pokok nomor kedua setelah beras. Kita tidak memiliki alternatifnya. Jangan menunggu situasi makin kritis, segera dimulai," kata Masyhuri.

Dampak dari kelangkaan atau kenaikan harga gandum di pasar dunia akan berdampak sangat besar bagi ekonomi karena sudah terlanjur bergantung pada komoditas 100 persen impor itu.

Tak hanya manusia, gandum juga menjadi bahan untuk pakan ternak sehingga produk ternak dan turunannya seperti telur juga akan kena imbasnya.

Sementara itu, pengamat pertanian dari UPN Veteran Jatim, Surabaya, Zainal Abidin, mengatakan untuk mencegah krisis pangan akibat kebergantungan pada impor, perlu untuk mulai mempertimbangkan penerapan tarif impor sebagai antisipasi dampak dari berbagai konflik global, dan perang dagang negara-negara maju.

"Dengan begitu akan mendorong kemandirian pangan kita. Kalau hanya berdiam diri, akan semakin terpuruk dalam praktik proteksionisme global yang terus terjadi. Sebagai negara berkembang, perlu mempertimbangkan tarif impor karena terbukti pertumbuhan dari perdagangan bebas selama ini adalah pertumbuhan yang memiskinkan negara-negara kecil sementara negara maju dengan teknologi lebih efesien dan berdaya saing. Negara maju menyubsidi petaninya, sedangkan kita tidak. Maka perlu menyiapkan counter dengan tarif impor," kata Zainal.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top