Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan Bebaskan Narapidana untuk Bantu Lawan Invasi, Tentara Rusia Diimbau Letakan Senjata dan Mundur

Foto : promoteukraine.org

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan membebaskan narapidana dengan catatan memiliki pengalaman tempur untuk membantu melawan invasi Rusia. Ini disampaikan saat ia berpidato, di Kiev, Senin (28/2).

Zelensky menekankan, keputusan tersebut tidak mudah dari sudut pandang moral. Namun, hal tersebut dibenarkan dari sudut pertahanan negara yang dilanda perang.

"Warga Ukraina yang memiliki pengalaman tempur akan dibebaskan dari tahanan dan akan mendapatkan kompensasi kesalahan mereka," kata Zelensky, dikutip dari Independent, Selasa (1/3).

"Semua sanksi terhadap setiap orang yang berpartisipasi dalam Operasi Anti-Teroris, akan dicabut. Kuncinya sekarang adalah pertahanan," lanjutnya.

Selain itu, ia juga meminta tentara Rusia meletakkan senjata. Ia juga mengklaim bahwa Ukraina telah membunuh lebih dari 4.500 tentara Rusia.

"Tinggalkan peralatanmu. Keluar dari sini. Jangan percaya komandan Anda. Jangan percaya propagandis, selamatkan saja hidup Anda," kata Zelensky, dikutip dari Al Jazeera.

Zelensky juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Barat atas dukungan yang diberikan.

"Dukungan terhadap koalisi anti-perang kami tidak bersyarat dan belum pernah terjadi sebelumnya," ucapnya.

Pasukan Ukraina, yang didukung oleh senjata Barat, berhasil memperlambat pergerakan pasukan militer Rusia.
Zelensky mengatakan 16 anak telah tewas selama empat hari pertama serangan Moskow dan 45 lainnya terluka. Ia memuji korban perang Rusia Ukraina adalah pahlawan Ukraina.

"Ukraina telah menunjukkan kepada dunia siapa kami. Dan Rusia telah menunjukkan apa yang telah terjadi," tuturnya.

Pihak Hak Asasi Manusia, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat terdapat 102 warga sipil yang meninggal dunia dan 304 lainnya luka-luka di Ukraina. Jumlah tersebut tercatat sejak Rusia melancarkan invasi di Ukraina pada Kamis (24/2) lalu.

Namun, Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet mengatakan, angka tersebut merupakan perkiraan saja. Menurutnya, jumlah korban sebenarnya di Ukraina diperkirakan jauh lebih banyak.

"Sebagian besar warga sipil ini tewas oleh senjata peledak dengan daerah dampak yang luas, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran, dan serangan udara. Angka sebenarnya, saya khawatir, jauh lebih tinggi," kata Michelle dikutip dari Reuters, Selasa (1/3).

Seperti diketahui, Negosiasi untuk menghentikan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah mulai dilakukan meski situasi masih memanas. Presiden Rusia Vladimir Putin membeberkan beberapa syarat jika invasi ingin berakhir.

Dilansir dari CNN Internasional, Selasa (1/3), delegasi Moskow dan Kyiv bertemu di perbatasan Belarusia kemarin. Namun, pertemuan perdana usai invasi Rusia di Ukraina tersebut belum menghasilkan tanda-tanda akan ada gencatan senjata.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top