Kamis, 05 Des 2024, 20:07 WIB

Presiden dan Direktur Utama Wadhwani Foundation (WF), Ajay Kela memaparkan visi dan misi lembaga ini dalam acara temu media yang diselenggar

Presiden dan Direktur Utama Wadhwani Foundation (WF), Ajay Kela memaparkan visi dan misi lembaga ini dalam acara temu media yang diselenggarakan di Jakarta pada hari Kamis (5/12).

Foto: Haryo Brono/Koran Jakarta

JAKARTA –Sebagai negara dengan sistem pendidikan terbesar keempat di dunia dan sistem ekonomi yang cukup tangguh di kancah global, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara adidaya. Delapan misi Asta Cita yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto menggambarkan sejumlah langkah nyata yang perlu dilakukan untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029 dan visi Indonesia Emas 2045.

Presiden dan Direktur Utama Wadhwani Foundation (WF), Ajay Kela, menurutkan misi yang diusung lembaga ini adalah mempercepat pertumbuhan lapangan kerja dan memungkinkan jutaan orang untuk mendapatkan upah yang layak dan menjalani kehidupan yang bermartabat. Hal ini kata dia sejalan dengan Asta Cita ketiga.

Seperti diketahui Asta Cita ketiga adalah meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur. Terkait hal ini selama lebih dari satu dekade, WF kata Ajay telah memfasilitasi penerima manfaat untuk mendapatkan pekerjaan lebih cepat, serta membantu pemberi pekerjaan mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan siap kerja.

Ajay pada kunjungannya yang pertama ke Indonesia ia memaparkan program unggulan WF yang telah memberi dampak kepada jutaan orang di lebih dari 15 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Sejak didirikan pada 2001, WF  melalui Wadhwani Skilling Network (WSN) dan Wadhwani Entrepreneurship Network (WEN).

“Kami terus mengembangkan inisiatif-inisiatif pengembangan kemampuan calon tenaga kerja dan tenaga kerja (upskilling) serta penguatan ekosistem wirausaha guna mewujudkan kemandirian ekonomi dan mendorong kemajuan negara,” tutur Dr. Ajay Kela pada acara temu media yang diselenggarakan di Jakarta pada hari Kamis (5/12).

Program upskilling WF, yakni JobRise dan JobReady berfokus pada pengembangan soft skill yang dirancang untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan keragaman sektor pekerjaan. WF telah mengembangkan platform berbasis AI (artificial intelligence) guna menghadirkan materi-materi pelatihan yang menarik dan terpersonalisasi.

Teknologi GenAI yang digunakan untuk platform-platform WF dalam bahasa Indonesia telah dikembangkan, dipadukan dengan pendampingan langsung bersama fasilitator untuk menyelenggarakan simulasi dan kolaborasi secara tatap muka. Sementara itu, WF melalui inisiatif WEN memberi dukungan pengetahuan terkait strategi pengembangan bisnis bagi para calon wirausahawan muda.

Di samping itu, WF juga baru meluncurkan inisiatif Wadhwani Charitable Foundation (WCF) yang berfokus pada penguatan lembaga-lembaga penyedia layanan upskilling dan dukungan wirausaha melalui dana hibah. Dengan semua inisiatif tersebut, WF menargetkan 3 juta orang di Indonesia mendapatkan pekerjaan yang layak pada 2030.

Pada kesempatan yang sama, Daniel Tumiwa selaku Vice President dan Country Director WF Indonesia menyampaikan sejumlah dampak positif yang telah dirasakan oleh sejumlah institusi pendidikan di Indonesia dari program-program yang dimiliki lembaga ini. Saat ini WFI telah menjalin kerja sama dengan 76 universitas di seluruh Indonesia dengan total jumlah peserta 32.758 orang.

“Keselarasan antara misi Wadhwani Foundation dan Wadhwani Foundation Indonesia (WFI) dengan Asta Cita yang digagas oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto merupakan bukti komitmen kami untuk terlibat dalam upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan mendukung perwujudan talenta berkualitas dan ekosistem wirausaha yang tangguh,” terang Daniel.

Agenda terdekat yang tengah diupayakan WFI adalah menjalin dan memperkuat kerja sama dengan lebih banyak perguruan tinggi dengan fokus utama mahasiswa semester akhir, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan lembaga vokasi. Dengan demikian diharapkan para lulusan memiliki bekal dan peluang yang lebih banyak untuk mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya.

Daniel mengaku bahwa WFI telah melakukan audiensi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Informasi dan Digital, dan mendapatkan respons positif untuk inisiatif tersebut.

Inisiatif WCF juga kini mulai dijajaki di Indonesia untuk menguatkan lembaga dan perusahaan yang menyediakan layanan upskilling bagi tenaga kerja dengan dukungan dana hibah sebesar 1–5 juta US Dollar (sekitar Rp15-75 miliar Rupiah) per institusi. Dana hibah ini dapat mengurangi biaya pelatihan yang harus dikeluarkan oleh pemberi pekerjaan.

“Tentu kami berharap bisa menjalin kerja sama dengan semakin banyak lembaga pendidikan di Indonesia sehingga para lulusan kita semakin siap dipekerjakan dan membuktikan kemampuannya di kancah global. Dengan demikian, kami dapat membantu mempercepat proses para lulusan baru untuk beradaptasi di tempat kerja baru dan terus berprestasi,” pungkas Daniel. 

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: