Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesepakatan Paris

Prancis Larang Penjualan Bensin dan Solar pada 2040

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Prancis berencana menghentikan penjualan bensin dan solar bagi konsumsi kendaraan pada 2040 dan menjadi negara bebas karbon pada sepuluh tahun berikutnya. Hal itu disampaikan Menteri Ekologi Prancis, Nicolas Hulot, dalam sebuah presentasi bagi menyokong kesepakatan iklim Paris pada Kamis (6/7).

Keputusan menyokong kesepakatan ini diambil Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang ingin mendesak segera diimplementasikannya kesepakatan perubahan iklim setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menarik AS dalam kesepakatan bersejarah yang dicapai di Paris pada 2015 lalu.

Dalam presentasinya, Menteri Hulot menjelaskan sejumlah langkah yang dijabarkan dalam 6 tema dan 23 proposal kebijakan yang intinya mengenai bagaimana cara agar rencana menghentikan penjualan bensin dan solar bagi konsumsi kendaraan dan menjadi negara bebas karbon.

"Salah satu aksi simbolik dalam rencana itu adalah Prancis, yang sebelumnya telah berjanji akan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga seperempatnya pada 2050, telah memutuskan untuk jadi negara bebas karbon pada 2050 setelah AS keluar dari kesepakatan iklim Paris," kata Hulot. "Target bebas karbon akan memaksa kita agar melakukan investasi-investasi yang penting (bagi masa depan)," imbuh dia.

Dirinci oleh Hulot bahwa dalam proposal-proposalnya terdapat putusan amat sulit dan pelik untuk mengakhiri penjualan bahan bakar fosil bagi kendaraan dan untuk langkah itu perlu dibangun sesuatu hal yang revolusioner. Walau sulit, Prancis optimistis akan ada solusi dan pabrikan pembuat mobil Prancis akan dibebankan dalam aksi ini.

Sepanjang paro pertama tahun ini, bahan bakar bensin dan solar dipergunakan oleh hampir 95,2 persen armada kendaraan baru di Prancis. Sementara kendaraan yang digerakkan oleh listrik serta kendaraan yang menggunakan tenaga hybrid (campuran BBM dan listrik) besarannya sekitar 1,2 persen dan 3,5 persen.

Dalam presentasinya, Hulot mencontohkan rencana gemilang pabrikan Volvo-Geely yang akan memproduksi model kendaraan terbarunya yang menggunakan tenaga listrik pada 2019 mendatang. Menteri Ekologi Prancis itu juga menyinggung rencana India yang menargetkan akan menggunakan kendaraan berbasis tenaga listrik pada 2030.

Hulot juga menjelaskan bahwa Prancis telah jauh ketinggalan dibanding negara-negara seperti Swedia dan Costa Rica yang berada terdepan dalam teknologi kendaraan bertenaga listrik, namun Prancis harus mau "menangkap" semangat ramah lingkungan dengan mengakhiri penjualan bensin dan solar pada 2040 mendatang.

Pangkas Emisi Karbon

Dalam penjabarannya, Menteri Hulot mengatakan diakhirinya penggunaan bahan bakar fosil akan jadi perhatian utama Prancis untuk memangkas emisi karbon serta jadi negara bebas karbon pada 2050. Diantara proposal kebijakan utama terdapat rencana untuk mengakhiri pemberian ijin hidrocarbon di Prancis dan batas waktu rencana itu akan diberlakukan pada penghujung tahun ini.

Tak hanya itu, Prancis juga berencana akan mengakhiri produksi listrik yang dibangkitkan batu bara pada 2022 serta pemerintah juga akan meneruskan target untuk menghapuskan energi listrik yang dibangkitkan reaktor nuklir hingga setengahnya pada 2025 setelah saat ini dipangkas lebih dari 75 persennya saja.

"2025 adalah tenggat target ini dan saya berharap kita bisa mencapainya," ucap Hulot. "Tujuan mengakhiri penjualan bensin dan solar bagi kendaraan pada 2040 merupakan sebuah pesan kuat, namun kami amat penasaran apa langkah pertama untuk mencapai semua itu dan bagaimana membuat ambisi itu jadi kenyataan dan bukan sebuah kekecewaan," pungkas dia. Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top